Siapa Mereka? Food Blogger, Vlogger, Influencer, dan Reviewer dalam Dunia Kuliner

Di dunia kuliner yang berkembang pesat saat ini, kita sering mendengar istilah-istilah seperti food blogger, food vlogger, influencer, dan reviewer. Meskipun keempat istilah ini terkadang digunakan secara rancu, atau jelas-jelas misleading, ketahuilah sebenarnya mereka memiliki perbedaan yang cukup signifikan. 

Terus terang melihat 'serangan' masif belakangan ini pada para food vlogger, saya sering merasa offended ketika orang salah menuliskan food blogger untuk para vlogger makanan yang dimaksud. Oh no, oh well, meski sama-sama mengulas makanan, tapi kontennya beda bangeettt. Dari keempat profesi ini, setiap profesi memiliki pendekatan dan tujuan yang berbeda dalam menyampaikan informasi tentang makanan dan pengalaman kuliner kepada audiens mereka. 

Itulah kenapa saya bertahan menulis di The Kitchen Note, dan tidak tertarik untuk membuat channel atau saluran visual video lainnya.  

bedanya food blogger dan food vlogger

Food Blogger: Penulis yang Mengabadikan Pengalaman Kuliner dalam Tulisan

Seorang food blogger adalah individu yang menulis tentang pengalaman kuliner mereka melalui blog. Food blogger biasanya membuat artikel yang mendalam mengenai berbagai topik, seperti resep, ulasan restoran, tren makanan, atau perjalanan kuliner. Mereka sering kali fokus pada penulisan yang menggugah, yang dapat menginspirasi pembaca untuk mencoba makanan tertentu atau mengunjungi tempat-tempat makan yang mereka bahas. Selain itu, food blogger juga biasanya memberikan informasi tambahan seperti tips memasak, bahan-bahan yang digunakan, atau cerita di balik hidangan yang mereka coba.

Kekuatan utama dari food blogger terletak pada kemampuan mereka untuk memberikan informasi secara terperinci dan mendalam. Artikel yang dibuat tidak hanya berupa deskripsi makanan atau restoran, tetapi juga bisa mencakup analisis mengenai teknik memasak, sejarah kuliner, dan fakta menarik lainnya. Oleh karena itu, food blogging seringkali memerlukan waktu dan usaha lebih karena penulis harus melakukan riset yang mendalam serta memberikan opini yang jujur dan objektif.

Kalau mau contoh-contoh, coba cek ulasan blogger Surabaya , Mbak Maria Tanjung yang rajin menulis pengalaman kulinernya seperti tentunya kasanah kuliner Surabaya yang medok dan khas itu! 

Food Vlogger: Berbagi Pengalaman Kuliner Melalui Video

Berbeda dengan food blogger yang menyampaikan kontennya dalam bentuk tulisan, food vlogger mengandalkan video untuk berbagi pengalaman kuliner mereka. Seorang food vlogger membuat konten berupa video yang bisa mencakup berbagai hal, seperti review makanan, tutorial memasak, atau kunjungan ke restoran. Video memungkinkan food vlogger untuk memberikan pengalaman yang lebih langsung dan visual kepada audiens mereka, dengan menampilkan tekstur makanan, proses pembuatan, dan ekspresi wajah saat mencicipi makanan.

Food vlogger biasanya aktif di platform seperti YouTube, Instagram, atau TikTok, di mana audiens dapat berinteraksi langsung dengan mereka melalui komentar dan like. Karena sifatnya yang lebih visual, food vlogging sering kali lebih mudah menarik perhatian audiens muda yang lebih tertarik pada konten visual. Video juga memberikan kesempatan bagi food vlogger untuk menyampaikan kepribadian mereka lebih jelas, yang membuat konten mereka terasa lebih personal dan autentik.

Yang ini pasti sudah kesohor ya, seperti Nex Carlos, Si Bungbung, atau Mamang Kuliner. 

Influencer: Mempengaruhi Pilihan Audiens Melalui Media Sosial

Istilah influencer dalam konteks kuliner merujuk pada seseorang yang memiliki pengaruh besar di media sosial, terutama dalam hal memilih dan merekomendasikan produk makanan atau tempat makan. Influencer sering kali memiliki banyak pengikut di platform seperti Instagram, TikTok, atau Twitter, yang memungkinkan mereka untuk mempengaruhi preferensi audiens mereka. Mereka dapat berkolaborasi dengan merek makanan atau restoran untuk mempromosikan produk tertentu melalui postingan berbayar atau sponsor.

Berbeda dengan food blogger dan food vlogger yang fokus pada pengalaman kuliner atau ulasan, influencer lebih berfokus pada kemampuan mereka untuk mempengaruhi keputusan pembelian audiens mereka. Konten yang mereka buat bisa berupa foto, video, atau cerita yang memperkenalkan produk makanan, alat memasak, atau tempat makan tertentu. Meskipun banyak influencer yang memiliki minat di bidang kuliner, mereka juga bisa memengaruhi berbagai bidang lain, seperti fashion, teknologi, atau kecantikan.

Pengaruh seorang influencer tidak hanya didasarkan pada jumlah pengikut mereka, tetapi juga pada tingkat keterlibatan dan hubungan yang mereka bangun dengan audiens. Influencer kuliner yang sukses sering kali memiliki audiens yang sangat loyal dan terlibat, yang mempercayai rekomendasi mereka dalam memilih produk atau tempat makan.

Ini mungkin dijalankan oleh para celebrity chef ya, seperti Willgoz atau Chef Arnold yang sering jalan-jalan sambil kulineran di tempat pelesirannya. 

Reviewer: Memberikan Penilaian dan Ulasan Objektif tentang Makanan atau Tempat Makan

Seorang food reviewer adalah orang yang memberikan ulasan atau penilaian mengenai makanan, restoran, atau layanan kuliner dengan tujuan untuk memberi informasi yang objektif kepada audiens. Food reviewer sering kali bekerja untuk media atau situs web yang fokus pada dunia kuliner. Mereka dapat mengulas berbagai aspek, mulai dari rasa makanan, kualitas layanan, kebersihan tempat, hingga suasana restoran.

Berbeda dengan food blogger atau food vlogger yang mungkin lebih terlibat dengan konten pribadi dan gaya hidup, food reviewer lebih menekankan pada penilaian yang obyektif dan detail. Ulasan mereka sering kali mencakup penilaian menyeluruh tentang pengalaman makan di suatu tempat, dengan memberikan skor atau rating berdasarkan berbagai kriteria. Meskipun ada juga food reviewer yang memiliki gaya menulis yang unik dan personal, mereka tetap berusaha untuk memberikan informasi yang seimbang dan berguna bagi pembaca yang mencari rekomendasi atau informasi kuliner.

Deskripsi ini biasanya dilakukan oleh para media foodies, yang memang medianya dikhususkan untuk mengulas spot-spot kuliner di suatu daerah. 

Perbedaan yang Terkadang Tumpang Tindih dan Rancu



Meskipun food blogger, food vlogger, influencer, dan reviewer memiliki fokus yang berbeda, peran mereka sering kali saling tumpang tindih. Seorang food blogger dapat juga berfungsi sebagai influencer jika mereka memiliki pengaruh di media sosial, dan seorang food reviewer bisa saja membuat konten video seperti seorang vlogger. Namun, perbedaan utama terletak pada medium yang mereka pilih dan tujuan utama mereka dalam berinteraksi dengan audiens.

Sebagai food blogger, lebih sulit untuk mendeskripsikan suatu makanan dengan kata-kata. Kita nggak bisa menunjukkan ekspresi mata merem melek, lidah  melet-melet, atau bibir dower-dower saat menikmati suatu hidangan. Harus pinter-pinter milih kalimat yang bikin ngiler, persuasif, dan benar-benar akurat supaya pembaca bisa membayangkan hanya dari tulisan dan fotonya. 

Food blogger dan food vlogger lebih fokus pada berbagi pengalaman dan informasi kuliner, sementara influencer lebih berfokus pada mempengaruhi keputusan audiens. Di sisi lain, food reviewer cenderung memberikan penilaian yang lebih objektif dan kritis mengenai makanan atau restoran. Semua peran ini memiliki kontribusi yang signifikan dalam dunia kuliner digital, dan masing-masing membantu audiens membuat keputusan yang lebih baik mengenai makanan dan tempat makan yang mereka pilih.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url