Belakangan ini sering dengar istilah-istilah sad beige mom, sad beige baby dan semacamnya, dari mana lagi kalau bukan di sosial media. Saya sempat bingung sih... ini kenapa sad, bukankah beige itu trend warna lebaran kemarin? Sebenarnya apa itu sad beige mom?
Setelah nyari tahu, saya menemukan bahwa istilah ini merujuk pada sebuah gaya estetika. Ketrigger sama postingan entah siapa, seseibu yang kurang lebih bilang "Nggak bakal ngasih pakaian anaknya baju-baju yang gambarnya besar, super hero, warna-warni gonjreng..." Jadi dia akan memakaikan anaknya baju-baju polos yang neutral colors, monochrome, atau yah.. si beige, krem, dan semacamnya itu, yang (menurut sosmed juga) ini adalah warna old money.
Ternyata, banyak juga orang tua yang mulai memilih nuansa warna netral untuk dekorasi kamar bayi dan mainan anak-anak mereka, menggantikan warna-warna cerah a.k.a gonjreng yang biasanya diidentikkan dengan masa kanak-kanak.
Entahlah mulainya dari mana trend ini jadi dianggap lebih elegan, minimalis, dan old money. Ketika orang dewasa menerapkan untuk personal color style-nya sih nggak masalah ya, mungkin selera juga. Tapi ketika jadi orang tua dan menerapkannya ke anak-anak juga... rasanya yah, kok jadi nggak natural gitu.
Meski saya bukan ahli parenting, saya mulai bertanya-tanya juga sih; memangnya nggak apa-apa ya anak hanya terpapar warna-warna netral saja? Apa ini sebuah perlawanan dari dikotomi warna dunia bayi yang selama ini hanya biru dan pink aja? Lalu kalau isunya cuma karena baju gonjreng bergambar besar-besar itu disebut norak, apakah memakaikan baju polos warna netral akan menjadikannya terlihat seperti royal baby?
Sad beige mom & Sad beige baby
Sad beige mom adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ibu-ibu yang memilih gaya pengasuhan dengan estetika minimalis dan warna-warna netral dalam segala aspek kehidupan anak mereka.
Konsep ini meliputi pilihan dekorasi kamar bayi, pakaian, mainan, dan bahkan perlengkapan anak lainnya yang didominasi oleh warna-warna seperti beige, krem, abu-abu, dan putih.
Sad beige baby adalah istilah yang menggambarkan bayi yang segala sesuatunya mulai dari pakaian, mainan, hingga dekorasi kamar didominasi oleh warna-warna netral seperti beige, krem, dan putih.
Konsep ini berasal dari pilihan estetika orang tua, yang tujuannya ingin menciptakan lingkungan yang tenang, mewah, dan elegan untuk anak-anaknya.
Dampak Warna Beige bagi Anak
Ini mungkin bukan persoalan warna beige-nya yang salah, tapi penelitian menunjukkan bahwa bayi dan anak-anak memerlukan berbagai macam rangsangan sensorik untuk perkembangan optimal.
Warna-warna cerah dan kontras tinggi dapat membantu merangsang perkembangan visual bayi, sementara tekstur dan bentuk yang beragam dapat merangsang perkembangan sensorik lainnya. Lingkungan yang berwarna-warni dan hidup dapat membantu dalam perkembangan emosional anak.
Warna-warna cerah juga dapat berkontribusi pada suasana hati yang positif dan ceria bagi anak. Dengan paparan warna yang beragam dapat lebih bisa meningkatkan kecerdasan emosional bagi anak.
Ini kan alasannya kenapa gedung paud, children center, playground, dan sejenisnya didominasi oleh banyak warna yang (mungkin saja bagi sebagian orang norak) tapi justru menarik untuk anak-anak dan merasa aman karena 'di sinilah tempatku'.
So, as a parent, i think...
Warna itu pada dasarnya netral, persepsilah yang membuatnya berasosiasi dengan sesuatu hal. Pada akhirnya, respons anak terhadap lingkungan merekalah yang paling penting. Kalau anaknya bahagia banget memakai baju gambar Tayo berwarna hijau, saya sih malah makin semangat ya beliin Tayo-Tayo lainnya, haha. Ekspresi kebahagiaan anak itu nagih banget buat orang tua.
Biarkan anak mengenal aneka warna, alam semesta menyediakan begitu luas spektrum cahaya untuk dinikmati dan diambil hikmahnya. Biarkan palet itu mewarnai mood kita yang dinamis. Yakin deh, dunia anak-anak itu pure, nggak relevan dengan estetika orang dewasa yang cenderung muram.
Ikuti kebutuhan anak saja, bukan tren yang sedang populer. Untuk pakaian, biar mereka memilih apa yang membuat mereka nyaman atau bahkan biarkan mereka memilih sendiri saat sudah cukup besar. Ini bagian dari
pendidikan karakter baik untuk anak dan anggota keluarga lainnya.
Mengikuti kebutuhan anak dan memahami perkembangannya adalah proses bertumbuh, seperti yang teman blogger
Okti Li bilang dalam tulisan-tulisannya tentang menjadi orang tua.
Bagaimana kita mendekorasi rumah, memilih mainan, atau mendandani anak memang keputusan pribadi. Tapi jangan terlalu stres memikirkan apakah pilihan kita sudah "tepat" atau sesuai dengan tren. Fokuslah pada apa yang membawa kebahagiaan bagi keluarga sendiri.
Satu hal yang perlu diingat dari sebuah web parenting yang saya baca: jangan terlalu percaya pada rumah-rumah Instagram yang terlihat sempurna. Membesarkan anak adalah proses yang penuh tantangan dan kekacauan. Tidak perlu merasa tertekan oleh standar estetika yang tidak realistis. Toh, rumah Anda adalah ruang bagi Anda dan keluarga untuk merasa nyaman dan bahagia.