Jelang penghujung tahun 2024, saya senang banget karena bisa berkesempatan ketemu dengan penulis favorit saya, Dee Lestari alias ibu suri 😀
Acara Meet and Greet yang digagas Bentang Pustaka bekerja sama dengan komunitas Payung Literasi Malang ini sekaligus tur buku kumpulan cerpen terbaru, Tanpa Rencana. Sehingga, ya tentu saja buku Tanpa Rencana pun dijual di venue dengan harga spesial yang berbeda dari pasaran. Termasuk buku-buku Dee lainnya seperti Rectoverso, Aroma Karsa, seri Supernova 1-6, Filosofi Kopi, dan Rapi Jali 1-3.
Karena biasanya jumlah buku yang disediakan terbatas, maka kita mesti cepat-cepat beli ketimbang kehabisan. Apalagi momennya pas, beli buku dan bisa langsung minta ditanda-tangani penulisnya ^^
Nah, acara yang diadakan di Kopi Lonceng Malang ini diselenggarakan singkat saja, tapi begitu berkesan karena sejak kedatangannya, ibu suri nggak berhenti menebar senyum dan ramah sama semua orang. Bincang-bincangnya nggak lama, hanya mengobrol untuk cerita proses pembuatan buku Tanpa Rencana, dan menjawab segelintir pertanyaan dari penggemar.
Tanpa Rencana, Hadir dengan Matang di Luar Rencana
Proses kreatif menulis kumpulan cerpen ini serba mendadak. Dimulai dari hitung mundur agar buku ini bisa segera launching saat writer's festival, Dee menulis beberapa cerpen dengan cepat dan singkat. Tapi bukan ibu suri namanya kalau cerita-ceritanya tidak unik dan berisi. Sesingkat apa pun prosesnya, karyanya tetap deep dan punya sesuatu yang membuatnya jadi berbobot.
18 cerpen apik dikemas dalam buku bersampul dominan ungu, tersedia dalam soft dan hard cover, bisa banget jadi koleksi buku akhir tahun ini.
Tanpa Rencana merupakan karya antologi Dee yang keempat. Tajuk antologi ini dipilih untuk menggambarkan proses kreatif unik Dee saat menuliskan karya-karya di dalamnya. Dee menggarap ide-ide yang tebersit spontan, tak jarang ditulis sekali jadi.
Kendati demikian, 18 cerita dalam Tanpa Rencana begitu kaya akan makna dan diperkuat impresinya oleh ilustrasi di halaman-halamannya. Berbagai perenungan mendalam tentang hidup, kematian, kehilangan, penerimaan, dan spiritualitas, kembali berhasil diolah Dee menjadi cerita pendek serta puisi naratif yang renyah, lincah, sekaligus menyentuh.
Keunggulan:
1. Buku pertama Dee Lestari dalam tiga tahun terakhir setelah menutup trilogi "Rapijali".
2. Gaya yang segar bagi para penggemarnya. Buku ini adalah eksperimen Dee Lestari untuk menulis secara reflektif, personal, dan sesuai judulnya: tanpa rencana.
3. Tema-tema tentang hubungan antar manusia, baik dengan keluarga maupun pasangan, dan latarnya mayoritas kelompok masyarakat urban akan cocok dengan pembaca Dee Lestari yang kebanyakan berasal dari lapisan sosial yang kurang lebih sama.
4. Disertai ilustrasi yang memperkuat pengalaman menghayati bukunya secara utuh.
5. Edisi hardcover dan sampul linen yang lebih eksklusif fisiknya serta dijual terbatas.
Book Signing!
Meet and greet bersama Dee Lestari selalu menjadi momen yang istimewa bagi para penggemar dan pecinta sastra. Saya menggemarinya karena beliau memiliki kemampuan untuk menghubungkan dunia imajinasi dengan realitas kehidupan yang dirasakan banyak orang.
Selain berbicara tentang karya-karya serta cerita-cerita di balik penulisan bukunya, meet and greet ini juga sering menjadi ajang untuk para penggemar mendapatkan tanda tangan langsung di buku koleksinya.
Karena saya juga baru keingetan kalau ada book signing, alhasil hanya bisa bawa 3 buku saja untuk ditandatangani lalu mendadak beli Rapijali di venue. Total ada 4 buku yang ditandatangani ibu suri sambil berfoto tipis-tipis (dikasih waktu 2 menit aja donks!).
Begitu humble dan humoris, Dee menyapa setiap orang yang minta tanda tangan dan membubuhkan nama kita di atas tanda tangannya, jadi berasa eksklusif gitu kaaann! Nyesel banget liat orang-orang yang bawa koleksinya seabrek, sedangkan akuuu.. tak tahu koleksiku pada kemanaaa.huhuhu.
Nggak lupa saya titip salam buat Keenan dan Atisha, karena kedua anak ibu suri ini manis banget.
Tentang Dee Lestari
Eh, tapi sepanjang tadi saya ngoceh, ada yang belum kenal Dee Lestari kah?
DEE LESTARI, merupakan nama pena dari Dewi Lestari, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Ini kenapa ibu suri logatnya nyunda pisan, padahal beliau punya marga Simangunsong.
Debut Dee dalam kancah sastra dimulai pada tahun 2001 dengan episode pertama novel serial Supernova berjudul Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Serial Supernova rampung menjadi heksalogi yang terdiri dari enam buku meliputi Akar, Petir, Partikel, Gelombang, dan Inteligensi Embun Pagi.
Dee juga telah melahirkan buku-buku fenomenal lainnya, seperti Filosofi Kopi, Rectoverso, Perahu Kertas, Madre, Aroma Karsa, dan trilogi Rapijali. Di antara sejumlah penghargaan sastra yang diperolehnya, Dee adalah satu-satunya penulis Indonesia yang pernah meraih dua kali gelar Book of The Year, dan dua kali gelar Anugerah Pembaca Indonesia untuk kategori Buku Favorit dan Penulis Favorit.
Buku-buku Dee konsisten menjadi bestseller nasional dan membawa banyak kontribusi positif dalam dunia perbukuan Indonesia. Sebagian besar karya Dee telah diadaptasi menjadi film layar lebar maupun serial. Nggak salah kalau buku-bukunya Dee Lestari dapat banyak penghargaan karena riset dalam buku-bukunya dilakukan dengan serius dan detail banget.
Contohnya dalam Aroma Karsa, kita dibawa ke dunia lain yang selama ini dibicarakan sebagai sesuatu yang mistis dan misterius. Tapi tidak hanya dunia imajinasi, wawasan kita terhadap Gunung Lawu dan sekitarnya pun jadi bertambah. Tulisan perjalanan yang dibalut cerita memang lebih menarik, seperti halnya saya suka baca catatan perjalanan yang Kak Tri Suci,
Travel Blogger Medan dalam blognya. Contohnya tulisan tentang
Sungai Batu Belah Sibolangit, kayaknya setting tempat ini juga cocok kalau dibuat cerita seperti ada yang terbang atau muncul dari gang sempit di antara bebatuannya. Hiii, merinding duluan.
Kiprahnya Dee Lestari dalam dunia kepenulisan juga membawa Dee ke berbagai ajang nasional dan internasional. Selain dunia menulis, Dee juga aktif di dunia musik sebagai penyanyi dan penulis lagu. Dee Lestari juga mengampu kelas menulisnya, Kaizen Writing dan Kaizen Structure, yang telah menerbitkan lebih dari 2.000 alumni. Kapan-kapan saya juga pengen banget ikutan kelas menulisnya 😍