Kenapa Ibu-Ibu Cepat Lelah dan Terlihat Lebih Tua?
Kau nampak tua dan lelah
Keringat mengucur deras
Namun, kau tetap tabah
Hm-mm-hm-mm
Petikan lagu Titip Rindu Buat Ayah yang dinyanyikan Ebiet G. Ade itu menurut saya applicable juga buat ibu. Gimana enggak, seluruh dunia juga tahu, jadi ibu itu pekerjaan paling melelahkan.
Tapi tahu sekadar tahu, jarang ada yang sungguh-sungguh memahaminya dari sisi medis, psikologis, maupun fisik. Tahu-tahu teman kita yang waktu gadisnya imut-imut, habis punya anak auranya seperti tersedot... langsung terlihat lelah dan terlihat tampilan usia sebenarnya.
Jangan mention artis yah, karena dunianya berbeda meski saya sama Nikita Willy juga sama-sama ibu, tapi...you know lah yaa... mungkin terlalu apple-to-orange perbandingannya. Tapi yaa secara umum, kita semua perempuan yang sudah punya anak mengemban tugas peradaban yang sama.
Jadi ibu membawa konsekuensi tidak hanya membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang tiada henti, tetapi juga sering kali membawa beban fisik, mental, dan emosional yang besar. Banyak ibu yang merasa cepat lelah, bahkan terlihat lebih tua dari usia mereka yang sebenarnya. Hal ini bukan hanya sekadar keluhan biasa; di balik rasa lelah yang mendalam dan tanda-tanda penuaan yang lebih cepat, ada sejumlah faktor medis, psikologis, dan bahkan sosial yang berperan.
Untuk lebih memahami apa penyebab ibu cepat lelah dan terlihat lebih tua, mari kita telusuri beberapa penyebab utama yang dapat menjelaskan fenomena ini.
1. Beban Fisik dan Kurangnya Istirahat
Tugas ibu, baik yang bekerja di luar rumah maupun yang mengurus rumah tangga, sangat melelahkan secara fisik. Dari mengurus anak-anak yang penuh energi, membersihkan rumah, memasak, hingga memenuhi berbagai kebutuhan keluarga, tubuh ibu terus-menerus dipaksa untuk bekerja tanpa banyak waktu untuk beristirahat. Kurangnya waktu tidur yang berkualitas, atau tidur yang terfragmentasi, dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental.
Secara medis, tubuh kita membutuhkan tidur yang cukup untuk melakukan perbaikan sel dan pemulihan. Tidur yang terganggu menghambat proses regenerasi kulit dan jaringan tubuh. Ini dapat mempercepat munculnya tanda-tanda penuaan, seperti kerutan dan kulit kusam. Ditambah lagi, tubuh yang terus-menerus dipaksa untuk bekerja tanpa jeda menghasilkan tingkat kortisol (hormon stres) yang tinggi, yang pada gilirannya dapat memperburuk peradangan dan menghambat proses pemulihan tubuh. Tanpa istirahat yang cukup, tubuh juga cenderung lebih cepat merasa lelah dan rentan terhadap penyakit.
2. Stres dan Beban Mental
Menjadi seorang ibu tidak hanya menuntut tenaga fisik, tetapi juga memberikan beban mental yang besar. Tanggung jawab untuk memastikan semua kebutuhan anak-anak dan keluarga tercukupi, membuat keputusan-keputusan penting, dan menangani dinamika keluarga yang seringkali berubah-ubah, dapat menjadi sangat menegangkan. Stres yang terus-menerus tidak hanya menguras energi tetapi juga berdampak pada kesehatan jangka panjang.
Secara psikologis, stres dapat meningkatkan produksi hormon kortisol dalam tubuh. Peningkatan kortisol ini, jika berlangsung lama, dapat merusak sel-sel kulit dan mempercepat penuaan. Kulit menjadi lebih rentan terhadap kerusakan akibat paparan sinar matahari dan polusi, sehingga memperburuk tanda-tanda penuaan seperti garis halus dan kulit kering. Stres juga dapat mengganggu pola tidur, meningkatkan kecemasan, dan menyebabkan kelelahan mental yang sangat melelahkan.
Bukan hanya itu, ibu yang terus-menerus tertekan mungkin juga mengalami penurunan hormon serotonin, yang bertanggung jawab untuk perasaan bahagia dan kesejahteraan. Ini membuat mereka merasa lebih mudah cemas, tertekan, dan lebih lelah. Ditambah dengan beban peran sosial yang sering kali tak terucapkan, ibu sering merasa kesulitan untuk "memanjakan diri" atau mencari waktu untuk relaksasi.
3. Pola Makan yang Tidak Seimbang
Sebagai ibu, sering kali makanan untuk keluarga lebih diutamakan daripada untuk diri sendiri. Ibu cenderung lebih sibuk mempersiapkan makanan untuk anak-anak dan pasangan, sering kali mengabaikan kebutuhan nutrisi mereka sendiri. Selain itu, kebiasaan makan yang terburu-buru dan tidak teratur dapat mempengaruhi tingkat energi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Secara medis, kurangnya asupan gizi yang seimbang dapat menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral penting seperti vitamin D, B12, zat besi, dan asam folat. Kekurangan nutrisi ini dapat menyebabkan kelelahan, rambut rontok, kulit kusam, dan bahkan gangguan kesehatan lainnya. Misalnya, kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, yang mengarah pada kelelahan ekstrem. Di sisi lain, pola makan yang tidak sehat juga dapat berkontribusi pada penurunan kualitas kulit dan elastisitasnya, mempercepat proses penuaan.
4. Perubahan Hormonal Pasca Melahirkan dan Menopause
Setelah melahirkan, tubuh seorang ibu mengalami banyak perubahan hormonal. Hormon yang berfluktuasi ini, terutama penurunan estrogen, dapat memengaruhi banyak aspek kesehatan, termasuk energi dan penampilan fisik. Selain itu, pada fase menopause, penurunan kadar estrogen lebih lanjut dapat menyebabkan berkurangnya kelembapan kulit dan penurunan massa otot, yang membuat kulit lebih cepat kendur dan menua.
Secara medis, perubahan hormon ini dapat menyebabkan peningkatan lemak tubuh, penurunan kualitas tidur, dan gangguan mood yang sering terjadi pada ibu-ibu yang memasuki usia menopause. Hormon-hormon ini juga memainkan peran besar dalam menjaga kulit tetap elastis dan bercahaya, sehingga penurunan hormon estrogen dapat memperburuk tanda-tanda penuaan seperti kerutan, garis halus, dan kulit kering.
5. Kurangnya Waktu untuk Diri Sendiri
Bagi banyak ibu, waktu untuk diri sendiri sering kali menjadi hal terakhir yang mereka prioritaskan. Merawat diri sendiri, baik secara fisik maupun emosional, sering kali terabaikan karena fokus utama adalah merawat anak-anak dan keluarga. Akibatnya, ibu merasa terjebak dalam rutinitas yang melelahkan tanpa ada waktu untuk mengisi ulang energi mereka.
Secara psikologis, kurangnya "me time" atau waktu untuk diri sendiri dapat menyebabkan perasaan terkekang, tertekan, dan kurang dihargai. Rasa kelelahan ini, jika terus dibiarkan, dapat memperburuk kondisi fisik dan mental ibu, yang akhirnya berdampak pada penampilan fisik, seperti kulit yang tampak kusam, mata yang lebih cekung, dan penurunan semangat hidup.
Me time ibu padahal sederhana saja, cukup bisa tidur lebih banyak atau mengisi waktu dengan meningkatkan kapasitas diri yang dibutuhkan, seperti mengikuti kursus untuk ibu rumah tangga.
6. Keterbatasan Dukungan Sosial
Ibu yang merasa tidak mendapatkan cukup dukungan dari pasangan, keluarga, atau lingkungan sekitar mungkin merasa lebih tertekan dan lebih mudah lelah. Keterbatasan dukungan sosial dapat membuat ibu merasa terisolasi, menambah beban mental, dan mengurangi kesempatan untuk beristirahat atau mencari dukungan emosional.
Secara empatik, penting untuk diingat bahwa ibu juga manusia yang membutuhkan dukungan, baik dari pasangan, keluarga, atau teman-teman. Tanpa dukungan yang cukup, ibu bisa merasa terperangkap dalam rutinitas yang menuntut tanpa pernah memiliki kesempatan untuk "menyegarkan diri" secara emosional atau fisik.
Makanya penting banget buat nyari circle yang supportive, nggak cuma lip service doang women support women tapi jadi nomor satu yang paling julid. Kalau dirasa circle yang ada sudah nggak sefrekuensi sih mending cabs aja ya buuu.. daripada depresi juga berada di lingkungan dengan terpaksa. Nggak apa-apa teman jadi sedikit, tapi benar-benar loose dan bisa jadi diri sendiri di dalamnya.
Overall, buat saya sih perubahan fisik itu niscaya, jadi tidak perlu terlalu stres memikirkan bentuk tubuh yang berbeda atau apa sebab senyum yang tidak lagi semanis dulu... ya sudahlaahh, terima sebagai proses alamiah hidup. Sedangkan jiwa yang kelelahan pintar-pintar cari obatnya. Nggak perlu healing estetik, cukup berada di lingkungan teman-teman yang menyenangkan, tidak menuntut, dan bebas berekspresi.
Love yourself, mom..
Ditulis dalam rangka Hari Ibu, 22 Desember 2024
Ditulis dalam rangka Hari Ibu, 22 Desember 2024