Anak Muda! Kalau Tidak Lari ke Hutan, Mau ke Mana?
Kulari ke hutan kemudian menyanyiku
Kulari ke pantai kemudian teriakku
Anak 90-an pasti tahu banget sama penggalan puisi yang dilantunkan oleh Dian Sastrowardoyo, idola anak muda milenial yang kini mungkin sudah jarang lari-larian lagi.
Ya, hutan adalah destinasi tepat untuk melepas penat, berteriak, dan bernyanyi sepuasnya. Kalau mau berduet, bisa sahut-sahutan dengan nyanyian gemerisik dedaunan yang diempas angin atau harmoni suara tonggeret yang tak kalah syahdu.
Secara teori yang kita pelajari sejak sekolah, kita mengenal hutan sebagai “paru-paru”-nya Bumi. Kita tahu bahwa pohon menyerap karbondioksida dari lingkungan untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen. Selain menyediakan pasokan oksigen untuk kehidupan, hutan juga merupakan elemen penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di Bumi.
Bagaimana hutan menjadi penyeimbang ekosistem?
Hutan dapat mengatasi dampak perubahan iklim, hutan juga merupakan tempat bertumbuhnya aneka flora dan fauna dari spesies baru ke spesies lainnya.
Karena di hutan itu sepi tapi tak sendiri, enggak heran kalau anak muda senang berpetualang menyusuri hutan-hutan. Selain suasananya yang menyenangkan dan menyegarkan, hutan menyimpan banyak harta karun pemandangan yang luar biasa indah.
Sebut saja Pulau Sempu di bagian selatan Jawa Timur yang menyembunyikan pesona Laguna Segara Anakan di tengah hutan tropis yang mengelilinginya. Meski menuju kesana harus menembus trek hutan yang curam dan berlumpur selama dua jam perjalanan, lelahnya akan terbayarkan dengan secuil keindahan surgawi di pulau kecil ini.
Segara Anakan, Pulau Sempu |
Hutan Indonesia yang Membanggakan
Tinggal di bumi Indonesia dengan keindahan alamnya adalah berkah. Menurut catatan Food & Agricultural Organization (FAO), Indonesia memiliki 10% hutan tropis yang menduduki jumlah 60% hutan tropis Asia. Dengan begitu, hutan-hutan Indonesia adalah surga bagi aneka spesies tumbuhan, fauna, dan indigenous people berada. Sekarang percaya, kan, kalau #HutanKitaSultan??
Setidaknya, ada 19 jenis hutan di Indonesia, termasuk hutan pantai dan bukit pasir; tidal forest seperti mangrove, nipah, palem; hutan pasir, rawa, savana, bambu, dan hutan pegunungan.
Hutan hujan Borneo menempati urutan terbesar kelima di dunia setelah Amazon, Congo Rainforest, New Guinea Rainforest, dan Valdivian Temperate Rainforest. Sementara itu, hutan hujan Sumatra adalah salah satu dari hutan hujan tropis terbesar yang masih ada, meliputi tiga Taman Nasional: Gunung Leuser, Kerinci Seblat, dan Bukit Barisan Selatan. Ketiga Taman Nasional ini memiliki luas 10.019 mil dan merupakan habitat fauna langka seperti macan, gajah, orangutan, leopard, dan beruang.
Orangutan Sumatra | Instagram @nationalgegraphic |
Hutan hujan Sumatra bahkan dicanangkan sebagai situs UNESCO World Heritage di tahun 2004, yeaaayyy #IndonesiaBikinBangga!!
Sayangnya dari tahun 2004 sampai sekarang pun, pengalaman saya main ke hutan di Indonesia belum sampai pada hutan-hutan keren yang diakui dunia itu, hiiiks *nangis di bawah pohon palem.
Meski begitu, sejauh saya main ke hutan-hutan kecil di Pulau Jawa, vibes ketika lari ke hutan itu memang bedaaa… Entah itu hutan pinus, hutan bakau, hutan bambu, atau hutan savana, udara langsung terasa beda saat kita memasukinya. Badan yang tidak seprima saat usia 20-an terasa lebih berenergi untuk menaklukan hutan dan melewati medan sesulit apa pun.
Jadi, kata siapa hanya anak muda yang bisa lari-larian di hutan? Ibu-ibu juga bisa, kok!
Ya tapi langkahnya memang lebih ringan anak muda, sih. Makanya sebagai orang tua, saya berusaha menjaga stamina agar bisa mendampingi anak muda –anak-anak saya– dalam berpetualang dan mengedukasi tentang alam.
Deforestasi dan Karhutla, Hutan pun Insecure
Namun, kalau hutan punya perasaan, dia pasti sedang merasa insecure belakangan ini. Entah bagian mana lagi dari luasnya yang akan terus terkikis akibat deforestasi maupun kebakaran hutan.
Deforestasi
Apa sih deforestasi?
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.30/Menhut II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) menyatakan secara tegas bahwa deforestasi adalah perubahan secara permanen areal hutan menjadi tidak berhutan yang disebabkan oleh kegiatan manusia.
Secara sederhana, deforestasi mengubah fungsi hutan yang tadinya untuk pelestarian alam dan lingkungan menjadi murni untuk kepentingan manusia.
Beberapa contoh deforestasi yang nyata kita sering lihat yaitu pengalihan lahan hutan jadi pemukiman atau menjadi lahan sawit. Meskipun sama-sama ditanami pohon, adanya kebun sawit tidak lantas disebut penghijauan.
Berdasarkan studi yang dipublikasikan Agustus 2020 di jurnal Ecology and Society, para peneliti menyampaikan fakta peralihan lahan untuk perluasan perkebunan monokultur seperi sawit dan karet. Akibatnya, meningkatnya potensi banjir yang berdampak buruk bagi kehidupan dimana juga setiap pembukaan lahan sawit baru menghasilkan emisi 2x lipat dari lahan yang sudah ada.
Miris, ya?
Sawit ini memang kemana larinya? Kayanya minyak goreng sempat langka baru-baru ini di dalam negeri sendiri. Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), total produksi minyak sawit Indonesia pada 2021 mencapai 51,3 juta ton. Dari angka total itu, proporsi minyak sawit untuk ekspor mencapai 65%, sedangkan untuk konsumsi lokal hanya 35%.
Rata-rata, minyak sawit diekspor ke Eropa untuk memproduksi biodiesel yang mana penggunaannya meningkat enam kali lipat sepanjang tahun 2010-2014.
Mari lihat statistik yang dicatat oleh Global Forest Watch selama beberapa tahun:
Pada tahun 2001, Indonesia punya 93.8 juta hektar hutan. 10 tahun kemudian di 2021, hutan kehilangan luas 203 ribu hektar seiring dengan peningkatan emisi karbondioksida sebanyak 157Mt.
Kebakaran Hutan
Selain deforestasi, kebakaran hutan juga turut menyumbang dampak besar pada makin menipisnya lahan hutan di Indonesia. Wilayah yang paling sering mengalami kebakaran hutan adalah Bengkulu, yang pernah mengalami kehilangan 109 hektar daratan yang terbakar.
Kurun waktu Juli 2019 sampai Juli 2022, Indonesia mengalami total 118.488 peringatan kebakaran, dimana dalam setahun 2021-2022, ada 1.390 peringatan kebakaran hutan. Puncak sering terjadinya kebakaran hutan biasanya di pertengahan Agustus dan berlangsung selama 13 minggu berjalan. Sangat wajar memang dimana saat itu cuaca cenderung kering dan angin yang berembus kencang.
Kita tahu ya, kebakaran hutan tidak melulu diakibatkan oleh alam, melainkan ada juga intervensi manusia. Sehingga, pihak yang diberi akal untuk dapat menjaga hutan justru menjadi pihak yang merusak dan menelantarkannya.
Hm, kalau sudah begini, bagaimana mengatasi rasa insecurity yang dialami hutan Indonesia? Adakah yang bisa kita lakukan?
Anak Muda adalah Koentji
Anak muda punya keunggulan waktu dan energi untuk memahami pengelolaan hutan secara lebih dalam. Mengelola hutan tidak hanya pada perlindungan ekosistem saja, tetapi juga mencakup perlindungan masyarakat di sekitarnya sebagai garda depan penjaga adat dan lingkungan.
Anak muda harus tahu bahwa kebutuhan hidup manusia sebagian besar ditopang oleh hutan dan seisinya. Jangan hanya lihat hutan sebagai tempat menggalau dan konten selfie saja, tapi juga pikirkan bagaimana menjaganya sampai akhir hayat.
Banyak kok yang bisa dilakukan #UntukmuBumiku. Tugas menjaga alam bukanlah tugas orang-orang tua yang sedang menepi sehabis pensiun bekerja. Menjaga bumi adalah tugas kita semua, tua, muda, anak, semuanya, dengan perannya masing-masing.
Butuh pendekatan multidisipliner dan terintegrasi dari hulu ke hilir dalam memahami hutan dan pengelolaannya. Silvologi, manajemen hutan, sistem pengairan, biologi, sosial kemasyarakatan, you named it, ada banyak disiplin ilmu yang bisa dipelajari anak muda. Kalau “pelestarian lingkungan” terdengar so old school dan terlalu utopia, maka mari mengingatnya untuk keberlangsungan hidup manusia.
Biasanya, nih, orang kalau disinggung soal hajat hidupnya baru akan merasakan pentingnya sumber-sumber daya yang mendukung hal tersebut. Pendekatan ini lebih konkret untuk anak muda karena perjalanan hidup mereka masih panjang ke depan. Masih bisa menumbuhkan optimisme dan tekad untuk memperbaiki lingkungan dari sekarang.
Saya dan keluarga pernah mengikuti acara konservasi kupu-kupu di wilayah Kondangmerak, Malang Selatan. Anak-anak saya, sebagai calon anak muda di masa depan, jadi tahu hal-hal sederhana, misal banyaknya spesies kupu-kupu yang tersedia di lingkungan tersebut menjadi tolok ukur kesehatan habitatnya. Sehingga, mereka bisa belajar bahwa melestarikan hutan itu juga berarti menyelamatkan seluruh ekosistemnya.
Kita bisa mulai mendidik dan memaparkan pada anak-anak bahwa kita butuh selaras dan menjaga kelestarian alam sedari dini. Sehingga makin besar mereka paham apa yang bisa dilakukan untuk menjaga sumber daya alam untuk kelangsungan hidup.
Coba dengerin deh, lirik lagu #DengarAlamBernyanyi yang dinyanyikan oleh LaleIlmaNino, Chicco Jericho, HIVI!, dan Sheila Dara Aisha. Daleemm banget buat mengingatkan kita betapa pentingnya kelestarian alam untuk kelangsungan hidup.
Kamu juga bisa dengerin lagu Dengar Alam Bernyanyi ini di platform musik seperti Spotify dan Apple Music. Makin banyak yang dengar, makin banyak juga royalti yang dimanfaatkan untuk perlindungan hutan Indonesia.
Untuk teman-teman muda yang ada di perkotaan (urban) yang nantinya bisa jadi adalah orang-orang yang duduk di perencanaan tata kota dan wilayah, mari galakkan lagi lebih banyak pembangunan hutan kota.
Pengertian hutan kota menurut PP No.63 tahun 2002 adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.
Jagalah kami agar sejukmu kembali
Bersatulah, hajar selimut polusi
Ingatlah, hai, wahai kau manusia (wahai kau manusia)
Tuhan menitipkan aku
Ho, di genggam tanganmu (di genggam tanganmu)
Bila kaujaga aku
Kujaga kau kembali
Berhentilah mengeluh
Ingat, kau yang pegang kendali
Kau yang mampu obati
Sudikah kau kembali?
Pandanglah indahnya biru yang menjingga
Simpanlah gawaimu, hirup dunia
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada
Dengar alam bernyanyi
(Ah, ha, ha)
Bila kau lelah dengan panasnya hari
Jagalah kami agar sejukmu kembali
Bersatulah, hajar selimut polusi
Ingatlah, hai, wahai kau manusia (wahai kau manusia)
Tuhan menitipkan aku
Ho, di genggam tanganmu (di genggam tanganmu)
Pandanglah indahnya biru yang menjingga
Simpanlah gawaimu, hirup dunia
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada
Dengar alam bernyanyi
Dengar alam bernyanyi
Dengarkanlah
Dengar alam bernyanyi (dengar alam bernyanyi)
Oh, dengar kami bernyanyi
Ingatlah, hai, wahai kau manusia (wahai kau manusia)
Tuhan menitipkan aku
Ho, di genggam tanganmu (di genggam tanganmu)
Nah, cocok banget kan lirik ini untuk menggambarkan suasana panas dan polusi di perkotaan. Berhenti mengeluh, kau yang pegang kendali. Solusi dari masalah lingkungan yang berubah itu bukan nyuruh pindah ke hutan, tapi jadilah solusi, ciptakan hutan di kotamu!!
Anak-anak muda dengan kekuatan komunitasnya bisa membentuk aksi lingkungan dalam membangun kehutanan kota berbasis komunitas (silvikultur, permakultur), hidupkan #TeamUpforImpact untuk jadi trendsetter baru: anak muda peduli lingkungan.
Nantinya, hutan kota selain memiliki fungsi ekologis, juga sebagai sumber pangan, edukasi, dan ruang rekreasi publik. Dapet lagi deh anak-anak muda tempat buat healing-healing dan lari-lari :)
Yuuuuk, nyanyi lagi sama-sama!!
Bila kau ada waktu
Lihat aku di sini
Indah lukisan Tuhan
Merintih ingin kau kembali
Beri cintamu lagi
Bila kau ada waktu
Lihat aku di sini
Indah lukisan Tuhan
Merintih ingin kau kembali
Beri cintamu lagi
Bila kaujaga aku
Kujaga kau kembali
Berhentilah mengeluh
Ingat, kau yang pegang kendali
Kau yang mampu obati
Sudikah kau kembali?
Pandanglah indahnya biru yang menjingga
Simpanlah gawaimu, hirup dunia
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada
Dengar alam bernyanyi
(Ah, ha, ha)
Bila kau lelah dengan panasnya hari
Jagalah kami agar sejukmu kembali
Bersatulah, hajar selimut polusi
Ingatlah, hai, wahai kau manusia (wahai kau manusia)
Tuhan menitipkan aku
Ho, di genggam tanganmu (di genggam tanganmu)
Pandanglah indahnya biru yang menjingga
Simpanlah gawaimu, hirup dunia
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada
Dengar alam bernyanyi
Dengarkanlah
Bisik mesra
Alam bernyanyi
Bawa canda dan riang tawa
Untuk dunia, oh
Bisik mesra
Alam bernyanyi
Bawa canda dan riang tawa
Untuk dunia, oh
Gunakan telinga, hati
Cobalah dengar nyanyian kami, oh-oh-ho
Bayangkanlah hidupmu
Bila tak ada kami
Cobalah dengar nyanyian kami, oh-oh-ho
Bayangkanlah hidupmu
Bila tak ada kami
Pandanglah indahnya biru yang menjingga
Simpanlah gawaimu, hirup dunia (dunia)
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada (dengarlah alammu bernada)
Dengar alam bernyanyi
Simpanlah gawaimu, hirup dunia (dunia)
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada (dengarlah alammu bernada)
Dengar alam bernyanyi
Indahnya biru yang menjingga
Simpanlah gawaimu, hirup dunia (dunia)
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada (alam pun bernada)
(Alam pun bernada)
Dengar alam bernyanyi (jangan tunggu lagi, Kawan)
Jangan kau tunggu nanti (jangan tunggu lagi)
Simpanlah gawaimu, hirup dunia (dunia)
Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada (alam pun bernada)
(Alam pun bernada)
Dengar alam bernyanyi (jangan tunggu lagi, Kawan)
Jangan kau tunggu nanti (jangan tunggu lagi)
Dengar alam bernyanyi
Dengarkanlah
Dengar alam bernyanyi (dengar alam bernyanyi)
Oh, dengar kami bernyanyi
Sumber:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/25/65-minyak-sawit-ri-untuk-ekspor-sisanya-konsumsi-lokal
https://www.globalforestwatch.org/dashboards/country/IDN/
https://www.fao.org/3/ac778e/ac778e11.htm
https://www.globalforestwatch.org/dashboards/country/IDN/
https://www.fao.org/3/ac778e/ac778e11.htm
setuju mbak, tugas menjaga hutan adalah kita bersama, ga peduli orang tua atau mereka yang pensiunan, justru yang muda muda harusnya semangatnya lebih besar lagi
perlu usaha juga untuk membuat generasi muda ikut melestarikan hutan, kadang masih ada aja yang cuek
Sumpaah aku sukaak banget lagu dengarlah alam bernyanyi. Kita emak2 sebagai generasi tua harus mengajarkan anak2 mencintai alam yaa... Bisa dengan sering mengajak trekking ke hutan, air terjun atau vamping supaya mereka merasakan udara sejuk dan pastinya tidaj membuang sampah sembarangan di hutan.
Ah, aku mau lari ke hatimuuuuuu ajalah Mbak. Wkwkwkw. Candaaaaa.
Lagunya canduuuu. Aku kebetulan belum sempat ikut lombanya, krn kesibukan. Tapi berkali-kali bikin reels pake lagu ini. Enak banget dengernya.Semoga hutan nusantara bisa lestari dengan berbagai upaya yang telah dilakukan banyak pihak
Huaa cantik cantik ya hutan Indonesia ini ya mbak
Sayang banget kalau nggak dijaga
Dan memang anak muda jadi garda terdepan dalam menjaga hutan
Lagunya easy listening, enakkk bgt dinikmati
Syairnya jg sangat edukatif
Super lovee😍👌
Saya senyum-senyum pas baca bagian ini "Jangan hanya lihat hutan sebagai tempat menggalau dan konten selfie saja, tapi juga pikirkan bagaimana menjaganya sampai akhir hayat." Karena memang seringkali menemui situasi ini di beberapa postingan pemuda-pemudi yang doyan traveling ke hutan, tapi nol pesan. Seolah suka hutan tapi tidak memberi pemahaman berarti kenapa hutan itu harus disukai, dijaga, dan dilestarikan.
Hutan Indonesia itu indah & kaya, dimana pun itu lokasinya ya. Tapi kita juga perlu menyatu dengan hutan saat berada di sana dengan menjaganya walaupun hanya sesaat berada di sana. Lagu Dengar Alam Bernyanyi pas banget nih untuk mengingatkan kita akan keindahan alam, lagunya juga enak
Setuju banget Mbak. Hutan itu selalu indah dan menenangkan. Sayanghya hutan sekarang dah semakin berkurang ya, jadi harus bepergian jarak lumayan kalo mau ketemu hutan mah.
Semoga makin banyak anak muda yang peduli pada alam dan lingkungannya ya. Sedih dengan adanga deforestasi. Hutan jadi gersang.
Ada banyak cara menjaga alam, salah satunya bagi pekerja industri kreatif bisa membuat lagu yang indah seperti "Dengar Alam Bernyayi" ini yaa.. Dan ternyata anak muda bisa mengguncang dunia seperti kata Bung Karno.
Nah iya itu, karena gak pernah ke hutan, jdinya kalo ketemu hutan dijadiin bahan untuk selfie doang. semoga dengan adanya kreasi anak muda kayak lagu alam bernyanyi akan menyadarkan banyak pemikiran pemuda Indonesia untuk bisa ikut andil menjaga hutan ya mbak...
Bangga banget sama hutan Indonesia deh. Meski sayang makin banyak hutan berkurang rusak karena keserakahan manusia. Semoga makin banyak anak muda yang peduli sama hutan dan melestarikan hutan ya.
Aku suka banget lagunya Mba Rell. Semoga dengan banyak yang menulis tentang lingkungan dan hutan banyak yang makin sadar aamiin
Semua orang bisa ikut berkontribusi melindungi hutan. Aku lihat saat ini banyak generasi muda yang mulai aktif berkontribusi melalui camapaign dan pencinta alam juga. Semoga makin banyak anak muda yang tertular semangat mereka ya mba
sedih banget pas tau tentang deforestasi.. huhuhu. semoga semakin banyak anak muda yang mau turut peduli dan menjaga hutan Indonesia ya maaaak
Semoga kita semua diberikan kesadaran untuk menjaga hutan dan lingkungan alam ya jangan sampai hutan habis dan kehidupan manusia terancam baru kita menyesal