Sinau Boso Walikan, Cara Beradaptasi dengan Gaya
“Nulis, kuy!”
Jika kita cari arti istilah “kuy” di mesin pencarian, pada halaman pertama yang muncul adalah pengertian “kuy” sebagai bahasa gaul atau bahasa kekinian. “Kuy” berasal dari kata ajakan “yuk” yang dibaca secara terbalik.
Hal yang sama terjadi juga pada kata-kata takis (sikat), naracap (pacaran), woles (selow), dan sabi (bisa). Kalau enggak benar-benar jeli membaca sebuah kalimat, yang sudah bukan anak muda seperti saya pasti bingung baca bahasa anak zaman sekarang, haha.
Ini mengingatkan saya pada beberapa tahun yang lalu, ketika ada kemungkinan besar kami sekeluarga akan pindah menetap tinggal di Malang. Jawa Timur adalah lingkungan yang sama sekali baru buat saya dan suami yang asli Jawa Barat, jadi sudah terbayang akan sejumlah penyesuaian yang harus dilakukan.
Salah satu dari sekian penyesuaian itu adalah bahasa.
Supaya bisa survive di perantauan, saya bertekad mengusahakan untuk setidaknya mengerti beberapa patah kata percakapan harian setempat. Minimal, kalau ketemu tetangga nanti saya tahu gimana harus menyapa, juga tahu gimana harus menjawab.
Di Twitter, saya follow akun @infomalang dalam rangka lebih mengenal segala sesuatu tentang Malang. Di situ saya ketemu dengan kalimat-kalimat lucu yang diucapkan secara terbalik. Misalkan, si akun tersebut menyapa follower-nya dengan kalimat, “ya opo kabare umak, ker?”
Mulanya saya pikir ini mungkin bahasa gaul, yah. Tapi, kok, banyak banget yang dibalik termasuk untuk kata-kata yang tidak saya temukan cara bacanya, apa enggak susah ngapalinnya?
Dari akun itu juga, setelah berbulan-bulan akhirnya saya tahu soal boso walikan. Ragam dialek bahasa yang struktur huruf-hurufnya dibalik dari kanan ke kiri sehingga membentuk kata yang baru. Contohnya “apik” jadi “kipa”, “enak” jadi “kane”.
Umumnya, bahasa ini digunakan di wilayah Malang Raya dan sekitarnya. Tapi bahasa ini bukan sekadar bahasa gaul atau slang yang hanya diucapkan anak muda, melainkan bahasa khas yang bisa digunakan lintas usia dan konteks sosial.
Boso Walikan, Gaya-nya Arek Malang
Kendati dalam sejarahnya digunakan sebagai alat komunikasi saat zaman perjuangan untuk mengenal lawan atau kawan, boso walikan tidak mengandung sandi atau kode-kode tertentu melainkan bahasa tuturan sehari-hari.
Maka, sejak saat itu saya membuat diri saya familiar dengan kata-kata oskab (bakso), ker (rek), sam (mas), ngalam (malang), nakam (makan), enarupes (sepurane), nganal (lanang), kodew (wedok), ongis nade (singo edan), dan sebagainya.
Tapi, apakah semua boso walikan membalikkan kata begitu saja dari kanan ke kiri lalu dibaca apa adanya? Ternyata tidak, saudara-saudara …
Meski boso walikan tidak punya aturan baku dan kaku, nyatanya ragam bahasa Malangan ini juga mengedepankan estetika dan kemudahan dalam pengucapan. Katakan saja, "malang" tidak diubah jadi "gnalam" melainkan "ngalam", dan "ngopi" diubah jadi "ngipok" bukan "ipong".
Pada perkembangannya, semakin banyak mobilitas manusia ke berbagai tempat, akulturasi budaya dan bahasa memang tidak terelakkan. Maka muncullah tren “kuy” seperti di atas tadi, malah dengan tambahan huruf “s” menjadi “skuy” (yuks).
Jadi, meskipun saya pendatang di Bumi Arema, saya tetap bisa mengikuti ranah dialek ini dengan nyaman dan adaptif. Saya sering mengucapkan “oyi”, saat mengobrol di Whatsapp dengan teman-teman kuliah saya di Bandung. Ke depannya, “oyi” mungkin saja jadi the-new-"kuy".
Belajar bahasa memang selalu luar biasa, ya. Selain linguistik, ada aspek kultural dan sosial yang luas dan bisa dipelajari dari sebuah bahasa. Ngobrol boso walikan bareng ayas sambil makan oges lecep, kuy?
Referensi:
blogkulo.com/bahasa-walikan-malang-malangan/
mojok.co/terminal/boso-walikan-malang-tak-sekadar-dibalik-kalimatnya-terminal-mulok-06/
http://ngalam.id/kamus-osob-kiwalan/
blogkulo.com/bahasa-walikan-malang-malangan/
mojok.co/terminal/boso-walikan-malang-tak-sekadar-dibalik-kalimatnya-terminal-mulok-06/
http://ngalam.id/kamus-osob-kiwalan/
Di Sultra juga ada bahasa begini, bahkan malah sejak SD kami udah terbiasa pake bahasa rahasia (pergi = pegerigi), (makan = magakagan), (bakso = bakasogo) hihihih tapi sekarang malah udah jarang anak-anak SD pake bahasa gitu :D
Aku juga baru tahu dari anakku kalau kuy itu kebalikan dari yuk hahaha, memang bahasa zaman sekarang keren dan kreatif, jadi ingat dulu pas masih sekolah aku sering pindah-pindah ikut ayah bertugas, tapi namanya anak-anak paling mudah belajar bahasa daerah setempat, aku dulu cepat belajar lho kalau urusan bahasa tapi cepat lupa juga hihihi.
Saya yang orang kalimantan juh lebih bingung mendapati boso walikan ini. Eh tapi membaca ulasan ini saya juga jadi ingat bahasa slank yang dikembangkan di daerah saya dalam kebiasaan tutur menutur. Setiap kata ditambahkan dengan imbuhan ping-pang baik di sela-sela atau di akhir kata. Misal kata Rindang menjadi Ripindapang. Aneh nggak, hehe
Wah mangan sego pecel ancen maknyusss mba :D
Aku maleh pengin mbolang ke Ngalam.
Mit ap sama beberapa blogers, pas di Sby kita ngobrolnya blum terlalu lamaaaa yak.
Aku yang udah bukan remaja lagi sekarang suka bingung kalo anak jaman now ngomong bahasa gaul yang unik-unik, haha.. Tapi kalo belajar bahasa daerah selalu seru ya, bersyukur ada di Indonesia yang punya beragam bahasa daerah ini.
Aku pikir "Oyi" itu artinya "Oke".
Ternyata the new "Skuy" yaa..?
Paling gak bisa dengerin orang Ngalam ngobrol. Tapi seru gitu...
Karena adekku rumahnya Ngalam, jadi aku biasa denger kata-kata Boso Walikan ini. Gak hanya tahu yang diwalik yaa.. Kata pun..hehhee~
Paling familiar sama "Tahes".
"Wes, tahes ta rek?"
Oyi = Iyo, Len... wkwkwk
iya.. tahes komes aku sempet mikir dulu apaa ini artinya, ternyata sehat dan semok?? ahaahaha...
Hehe boso walikan , bosene kera Ngalam Yo mbak
Aku dari kecil Uda diajari bahasa ini juga sama papaku
Jadi meskipun baku arek Suroboyo, Yo isok lah boso walikan
Lucu juga kota Malang ini bahasanya dibalik gitu jadi penasaran gimana sejarahnya sampai mereka punya bahasa ngalam dan bahkan jadi trend
Ho oh ik, sepupuku tinggal di ngalaM ya bahasanya begitu oyi lah, ker lah. Wkwk. Awalnya pas denger kayak "Apa sih?" Lama-lama ya biasa aja, lucu kalo denger lagi ngobrol sama sesama orang Malang 😆
wkwkwk pusing seketika aku bacanya. jadi inget dulu juga sempet booming anak2 gaul ngomong HACEP HACEP banget. tau-taunya kebalikan PECAH! Astagfirulloh...kita mah udah mikir pake phytagoras segalaaa
Osob Ngalam Iki... Kalau iki, enggak bisa dibalik 😂
Seru juga dibolak-balik gini 😄
Iyaa unik banget itu bahasa walikan Malang. Punya temen kuliah asli Ngalam juga kadang kalau chat Whatsapp suka pakai bahasa khasnya. Awalnya bingung, suka nanya, tapi akhirnya terbiasa. Hehe