Pengalaman Vaksin Covid-19
Pandemi Covid-19 di Indonesia yang sudah berlangsung sekitar 1.5th ini benar-benar menguras energi dan pikiran ya. Meski nggak harus cemas dan overparno, tapi juga nggak boleh longgar kewaspadaan.
Makanya begitu ada angin segar soal vaksinasi Covid-19 gratis sejak beberapa bulan lalu, saya antusias ingin ikutan.. Mengingat sadar diri virus ini berbahaya buat saya dan anak-anak yang punya masalah pernapasan, yaaa minimal punya proteksi gitu.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Aman
Tapi karena prosesnya bertahap dari nakes, pejabat, PNS, hingga tenaga pendidik, saya harus bersabar dulu menunggu gilirannya jatah untuk rakyat jelata, hihi.
Awalnya saya kira kalau giliran masyarakat umum kita bakalan vaksin mandiri ke rumah sakit kaya imunisasinya anak-anak seperti biasa. Ternyata sistemnya masih berupa vaksinasi massal, baik di puskesmas maupun di tempat-tempat penyelenggaraan lainnya.
Melihat teman-teman yang ada di bawah naungan profesi dan keluarganya sudah pada kebagian jatah, saya menunggu-nunggu kabar sampai habis lebaran. Teman-teman pemandu wisata, wartawan, bankers, rata-rata pada udah kebagian. Saya mah apa atuh, asosiasi ibu-ibu rumah tangga ada nggak sih? Haha.
Ada secercah harapan ketika RT/RW daerah saya mulai mendata lansia dan menjadwalkan vaksinasi serempak di puskesmas terdekat. Eh tapi sudah dua bulan lebih, prioritasnya masih lansia juga tuh sampai sekarang.
Padahal, yang usia produktif mobilitasnya lebih tinggi (yang juga bisa jadi sebagai carrier bagi lansia di rumahnya/kontak erat). Suami yang sedari awal pandemi tetap WFO aja belum kebagian vaksin Covid-19.
Lalu mulai banyak status WA teman-teman rakyat biasa yang fotonya pada habis divaksin. Dari situlah ada banyak flyer-flyer bertebaran tentang jadwal vaksinasi massal yang diadakan di klinik maupun rumah sakit di Malang Raya pada tanggal-tanggal yang sudah ditentukan.
Informasi lengkap tentang Vaksinasi Covid-19 di Malang Raya bisa juga disimak di Instagramnya @immuninme
Alhamdulillah, yang ngadain vaksinasi Covid-19 di Malang cukup banyak. Puskesmas, sentra vaksinasi, klinik, dan tempat vaksinasi massal, semua GRATIS. Selain di puskesmas yang biasanya harus ktp domisili, di tempat lain pemegang ktp mana saja boleh ikut.
Bagi masyarakat yang mau vaksin pun bisa tersebar ke berbagai tempat, nggak numpuk di satu lokasi yang malah bisa menghasilkan kerumunan. Bahkan ojol-ojol juga pada semangat antre untuk divaksin, suatu hal yang menggembirakan banget biar kita lebih aman saat bepergian.
Baca Juga: Daftar Rujukan Covid-19 di Malang Raya
Daftar Vaksinasi Covid-19
Saat flyer-flyer vaksin Covid-19 di Malang ini mulai bertebaran, saya lagi bolak-balik ngurusin anak-anak yang lagi ujian Penilaian Akhir Tahun (PAT). Padahal, saat itu juga sudah mulai banyak kesempatan vaksin di beberapa rumah sakit.
Maka selama dua minggu itu saya memantau link pendaftaran, sambil membekali diri dengan baca-baca tentang vaksin Covid-19, jenis vaksin, efek samping, persyaratan, dll nya.
Salah satu link yang saya buka di Klinik Universitas Brawijaya ternyata kuotanya sudah full dan entah kapan buka lagi. Lalu saya dapat link yang masih ada kuotanya di Rumah Sakit Universitas Brawijaya.
Isian formnya singkat saja, kok. Nama, email, alamat, no ktp, foto ktp, dan jadwal yang dipilih. Saat itu ada 4 slot tanggal yang masih bisa dipilih yaitu tanggal 16, 17, 23, dan 24 Juni. Saya isi buat tanggal 23 Juni dengan perhitungan di tanggal tsb urusan anak-anak sudah selesai, dan nggak bentrok sama jadwal ambil raport ketiganya.
Sehabis daftar, dapat salinan form ke email kita, dan untuk pegangan screenshoot saja bukti pengisian form seperti ini. Btw, meski di rumah sakit ini GRATIS yah.
Persiapan Vaksin Covid-19
Selama menunggu jadwal vaksinasi, saya persiapkan diri dengan bertanya pengalaman orang, membaca literatur-literatur, persyaratan vaksin Covid-19, efikasi vaksin, dan efek samping (KIPI). Saya juga mengatur strategi dengan suami, tidak vaksin berbarengan untuk antisipasi jika terjadi sesuatu kita bisa saling back-up.
Vaksin Covid-19 dan Asma
Apakah penderita asma boleh divaksin Covid-19?
Waktu awal-awal salah satu di antara kelompok yang tidak boleh menerima vaksinasi disebut penderita asma kan ya...itu sempat bikin saya ragu juga.
Tapi setelah baca-baca di Allergy Asthma Network, di situ disebutkan bahwa penderita asma, baik yang pakai kortikosteriod oral atau inhaler salbutamol (inhaler seperti yang saya pakai), itu aman dan justru dianjurkan buat divaksin.
Belakangan juga di-breakdown lagi mengenai syarat penderita asma boleh divaksin Covid-19, yaitu asalkan asmanya terkontrol dan tidak sedang mengalami serangan. Asma terkontrol artinya kondisinya stabil dan tertatalaksana dengan benar.
Setelah posisi aman untuk menerima vaksin, timbul lagi pertanyaan vaksin Covid-19 apa yang aman untuk penderita asma?
Hasil bacaan menunjukkan vaksin dengan metode mRNA lebih aman bagi penderita asma, seperti Pfizer dan Moderna. Tapi masa harus menunggu sampai kedua vaksin tersebut masuk ke Indonesia? Kalau ternyata qodarullah keburu kena karena saya menunda, apa saya nggak nyesel?
Insyaallah vaksin mana saja bisa digunakan, as WHO said "vaksin terbaik adalah yang paling duluan tersedia untuk Anda".
Karena dalam flyer vaksinasi tertulis vaksin yang akan saya pakai nanti adalah AstraZeneca (AZ) yang memakai metode vector viral, maka saya juga browsing tentang efikasi dan cara kerja vaksin AstraZeneca.
Konon vaksin AZ ini ‘lebih keras’ daripada vaksin Sinovac, mungkin terkait efek sampingnya yang bisa muncul demam, sesak, dan sempat ada gosip pengentalan darah di negara lain (meski ternyata ini tidak terkait KIPI). Karena udah sering dengar pro kontra vaksin, saya berusaha cari tahu informasi yang cover both sides. Intinya sih, kita persiapkan antisipasinya jika qodarullah efek sampingnya kejadian.
Lalu di sini dapat lagi informasi bahwa vaksin AstraZeneca aman untuk asma, persyaratannya sama saja dengan vaksin yang lainnya. Nanya-nanya ke teman-teman nakes yang sehari-harinya melayani vaksinasi juga bilangnya aman dan sejauh ini tidak ada keluhan yang dilaporkan para penderita asma pasca vaksinasi.
Terus ya udah, saya pikir justru lebih berbahaya kalau saya telanjur kena Covid-19 ketimbang takut efek samping yang belum tentu juga terjadi.
Persiapan Sebelum Vaksinasi Covid-19 antara lain:
- Menjaga stamina tubuh dengan mengonsumsi supplemen vitamin C dan D. Saya minum Ester-C dan Redoxon (yang ada vit C dan D) secara selang-seling.
- Menjaga kesehatan dengan makan yang benar, tidur cukup, tidak begadang atau hujan-hujanan.
- Mengontrol serangan Asma yang terjadi selama dua minggu terakhir, karena kebetulan bulan Juni ini cuacanya dingin dan kering, memicu alergi dingin setiap malam dan setiap pagi bersin-bersin.
- Mengurangi banyak kegiatan di publik sehingga tidak ada potensi terpapar duluan sebelum divaksin.
- Miliki informasi tentang vaksin yang akan dipakai dan efek samping yang mungkin terjadi sehingga bisa melakukan antisipasi
*Kalau memang memerlukan surat rekomendasi karena memiliki penyakit penyerta (jantung, autoimun, dll) maka konsultasikan dulu dengan dokter sebelum vaksin. Kebetulan saya sudah tanya-tanya kalau asma nggak perlu pakai surat rekomendasi.
Sejujurnya malam sebelum hari H di mana harusnya tidur cukup, saya malah nggak bisa tidur karena cemas, hahaha. Entah cemas apa, mungkin ini cuman sugesti aja. Suami juga sempat bolak-balik mengingatkan kondisi saya yang suka bersin-bersin dan sesak di malam hari.
“Bu, kalau nanti ditanya dokternya jujur lho, ya.”
Saya jadi ketrigger juga, kira-kira bisa lolos screening nggak ya, males juga kalau disuruh pulang lagi karena nggak lolos.
Vaksin Covid-19 di RS Universitas Brawijaya
Bismillah, laa haula wa’ala quwwata illa billah… Saya niatkan ikhtiar buat proteksi diri. Dengan keyakinan bahwa secara keseluruhan tubuh saya sebenarnya fit dan baik-baik saja, sementara alergi dan asma-nya bisa saya kontrol dan tidak dalam kondisi sesak terus-terusan.
Saya berangkat ke kota setelah mempersiapkan lauk makan lengkap untuk anak-anak di rumah. Sengaja pesan katering juga, jaga-jaga barangkali sepulang vaksin saya tepar sampai nggak bisa masak, anak-anak sudah siap lauk makannya.
Jangan lupa juga untuk makan dulu di rumah. Tidak kelelahan, tidak ngopi, banyak minum air putih.
Bawaan saya di dalam tas saat pergi vaksin Covid-19:
- Masker cadangan
- Air minum
- Inhaler
- Cemilan kecil seperti cereal bar dan permen hangat (barangkali lama ngantre)
- Minyak angin aromatherapy
- Tolak angin
- Disinfektan spray
- Hand sanitizer
- Tisu
Tiga item terakhir penting untuk dibawa karena kita akan pergi ke rumah sakit, tempat di mana kuman, penyakit, dan macam-macam orang ada di sana.
Eh, jangan lupa ya.. baiknya kostum disesuaikan supaya mudah. Saya pakai kaos pendek + outer, supaya nanti tinggal dibuka dari atas. Supaya nggak perlu buka-buka kancing atau angkat lengan sampai atas. Tapi ruangannya tertutup sih, aman aja sebenarnya.
Bismillah, Allah melindungi saya.
Sesampainya di kota, saya naik ojol menuju rumah sakit. Eh, kebetulan abang ojolnya tahu saya mau vaksin, jadi dia kasih tips persiapan sebelum vaksin Covid karena udah berpengalaman.
Tips persiapan sebelum vaksin Covid-19 dari abang ojol:
- minum susu beruang (Bear Brand) sebelum vaksin
- jangan tunggu greges, segera minum paracetamol sesaat setelah vaksin
- minum susu beruang lagi setelah vaksin
Dia cerita kalau teman-temannya sempat mengalami demam setelah vaksin karena nggak langsung minum paracetamolnya. Waah, masukan dari bang ojol sukses mensugesti kaki saya melangkah ke Indomaret buat beli Bear Brand 2 botol :))
Tiba di rumah sakit jam 11 siang, saya diarahkan ke Gedung C untuk menuju loket pengecekan data dan antre mengambil kartu dan form screening. Ada sejumlah data dan pertanyaan yang harus diisi sejujur-jujurnya.
Form screening Vaksin Covid-19 |
Di pertanyaan nomor 3, saya terhanti. Apakah Anda memiliki penyakit penyerta? (autoimun, asma, dll). Lalu di kolom sebelahnya tertulis “jika Ya, maka vaksin ditunda sampai kondisi stabil”.
Saya Whatsapp teman yang dokter dan kebetulan memiliki autoimun. Beliau sudah vaksin duluan sebagai nakes sekaligus tenaga pendidik. Tentu masukan dari dia tepat buat saya meyakinkan diri. Dari obrolan itu kami yakin asma saya masuk kategori terkontrol karena 1) mengetahui penyebabnya; 2) mengetahui cara mengatasinya.
Bismillah lagi, jangan sampai udah di atas disuruh balik lagi, wkwkwk. Saya kebagian antrean no 45 sementara dipanggil per 5 orang ke tempat vaksin di lantai 3.
Rangkaian Proses Vaksin Covid-19
Di tempat vaksin, kami diperiksa tekanan darah dulu. Tumben banget tekanannya 110/80 padahal biasanya tekanan darah saya konstan di 90/70.
Setelah itu kami ke ruangan screening untuk konsultasi dengan dokter jaga. Di situ saya tanya soal efek samping yang mungkin terjadi terkait asma saya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, di bawah 10% yang mengeluh efek samping sementara 90% nya baik-baik saja.
Efek samping yang mungkin terjadi; panas, pegel, mual, dan pusing, sedikit sesak.
Ada nomor hotline yang tersedia jika mengalami keluhan pasca vaksin (kejadian luar biasa selain yang sudah diperkirakan). Nomornya ini ditempel di pintu-pintu setiap ruangan sampai di dinding lift, jadi harusnya sih semua sudah terinformasikan.
Setelah screening, menuju ruang vaksin. Nggak sampai 5 menit, injeksinya selesai. Rasanya disuntik ya gitu ajalah ya, nggak ada yang berubah dari kecil sampai sekarang :))
Berhubung saya adalah akseptor KB suntik selama beberapa tahun, udah bebal banget kayanya kulit saya dapat suntikan, ahahaha.
Dari ruang vaksin, saya menuju ruang observasi. Di situ orang duduk jauh-jauhan dan diem-dieman, silent room. Ini adalah 30 menit fase observasi pascavaksin untuk mengecek apakah ada yang mengalami keluhan efek samping Vaksin Covid-19 atau lainnya.
Sekitar 25-30 menit diam di situ, akhirnya dipanggil untuk menerima kartu vaksinasi dan 3 tablet paracetamol berikut penjelasannya. Dalam kartu vaksinasi juga tertera jadwal vaksin berikutnya, yaitu September 2021 di tempat yang sama, dengan jenis vaksin yang sama.
Sudah, begitu aja kok rangkaian vaksinasi Covid-19. Sebentar aja. Mulai antri jam 11-jam 13.30 selesai. Karena dari cerita orang-orang ada yang habis vaksin bakal ngantuk dan lapar, setelah vaksin saya langsung melipir ke warung makan untuk makan siang.
Saya juga minum parasetamol pertama selepas makan untuk antisipasi karena perjalanan pulang ke rumah masih satu jam lagi.
Video lengkap bisa disimak di Instagram RSUB ini ya
Efek Samping Setelah Vaksin Covid-19
Sesuai yang dianjurkan, setelah vaksin sebaiknya istirahat di rumah dan tidak melakukan kegiatan yang berat-berat. Bisa baca flyer di bawah ini dari RSUI yaa untuk informasi singkatnya.
3 jam setelah vaksin, di rumah saya mulai kerasa ngantuk bangeeeet… Kalau nggak keburu magrib mungkin bakal bablas terus ketiduran. Belum ada hal yang berarti selain ngantuk itu tadi. Nggak lapar banget, nggak juga demam, jadi sebelum tidur saya putuskan nggak minum paracetamol kedua.
Besok paginya perut terasa sedikit kembung, tapi hari itu juga saya harus dampingi anak yang bungsu buat kegiatan outdoor. Salahnya, saya nggak minum paracetamol dulu sebelum berangkat. Semakin siang badan mulai nggak enak, greges, agak sakit kepala (mungkin juga karena panas), dan lengan kiri mulai terasa kaku dan lemas (lengan aja, badan sih nggak lemas).
Untuk mengatasi rasa greges yang nggak enak sementara masih harus strong nemenin anak, saya makan lebih banyak (sampai jam 10 sudah 2x makan nasi), ngemil terus, dan minum air putih. Bear Brand juga tidak lupa, sesuai saran bang ojol, wkwkwk.
Setengah hari kegiatan di luar, sampai rumah cek suhu badan di 37.9. Tidur sebentar, makan lagi, lalu minum paracetamol kedua kalinya. Selepas itu suhunya langsung turun, dan selesai. Nggak kerasa apa-apa lagi.
Untuk tangan kiri yang kaku, sampai malam itu aja tidurnya masih miring ke kanan. Besoknya sudah normal lagi semuanya, baik suhu badan, tangan, maupun pernapasan.
Selama tiga hari setelah vaksin, saya hanya minum air putih, vitamin, dan susu. Setelah itu baru berani minum kopi dan yang lain-lain. Seminggu setelah vaksin, semua baik-baik aja. Alhamdulillah.
Kesimpulannya, efek samping vaksin AstraZeneca (dan mungkin juga vaksin Covid-19 lainnya) yang saya alami antara lain;
- Ngantuk
- Sumeng (max 38 derajat)
- Sedikit kembung
- Lengan yang divaksin kaku dan lemas
I'm Vaccinated! Dua hari kemudian, saya dapat dua sms dari aplikasi PeduliLindungi. Yang pertama isinya informasi nomor tiket vaksin kedua, jadwal dan tempat vaksin kedua. Yang kedua isinya download sertifikat vaksinasi Covid-19. Simpan baik-baik sertifikat ini ya, barangkali akan dibutuhkan di kemudian hari. |
Sedangkan suami saya baru minggu ini menerima vaksin Sinovac (Coronavac) di pabriknya. Sejauh ini sih saya lihat dia baik-baik aja, dan akan menerima vaksin dosis kedua sekitar 2 minggu ke depan, lebih cepat daripada saya.
Apakah Setelah Vaksin Berarti Sudah Kebal dari Covid-19?
No no, vaksinasi bukan ilmu kebal yah, yeorobun. Ini cuma ikhtiar. Tetap jalankan protokol kesehatan, 5M, dan jangan nantangin penyakit.
Banyak kasus yang takdirnya tetap kena padahal sudah vaksin, ya gapapa, diterima aja. Insyaallah gejalanya lebih ringan, dan recovery lebih cepat.
You know your body well.
Demikian pengalaman vaksin Covid-19 ala saya. Nggak perlu takut atau ragu yaa, karena semua vaksin yang beredar sudah melalui fase uji beberapa kali, approved by WHO, BPOM, dan MUI untuk pasal kedaruratan.
Semangat sehat, stay safe semuanya!
Wah selamat ya sudah vaksin. Semoga semakin kebal dan senantiasa sehat. Vaksin yang sama, Astra Zeneca, efek yg sama, ngantuk poll, saya sampai 3 hari efek ngantuknya. Alhamdulillah tidak demam, tangan juga kemeng.
Hehehe, mangat Pak Eko.. Lumayan ada alasan bwt rebahan yaa abis vaksin :D
Alhamdullilah Mbak, saya pun uda selesai vaksin tahap 1 dan 2 bulan puasa kemaren dalam keadaan aman.
Bagian dari ihtiar agar nggak tertular Covid-19, yg penting uda usaha.
Alhamdulillah. Iya betul sbg manusia wajib ikhtiar.
Wah, Alhamdulillah mbak ya sudah divaksin. Aku juga udah mulai persiapan untuk vaksin. Sejauh ini masih cari tempat yang nyaman dan tidak terlalu rame. Karena kebanyakan tempat Vaksin di daerah kerjaku ramai gitu. Jadi masih sedikit ragu untuk ambil vaksinasi di tempat tersebut
bismillah aja mas, sekarang makin sulit banyak yg penuh.. selagi ada kesempatan di depan mata ambil aja.
efek dari vaksin sinovac di aku ini inkubasi selama tujuh hari langsung drop badan, diare, mual muntah, dan meriang. alhamdulillah hari ini jauh lebih baik lagi, sehat-sehat terus ya
waaw mbak Aie... alhamdulilah tapi sudah terlewati yah, sehat selaluu...
Aku selesai vaksin AZ, ngantuknya puoool mba, sampe bablas ashar :(. Baru kebangun magrib.
Awalnya suntik aku mendadak dibilang. Tau2 pas pagi lgs disuruh suami ke taman Deket rumah ,polres Jaktim lagi ngadain vaksin massal. Lgs kesana Ama asistenku. Tp ga beraturan bangettttt. Kayaknya itu pertama kali mereka ngadain JD ga siap. Semua yg ikut wajib di antigen dulu pula. Mau ga mau.
Dari jam 9 di taman, baru selesai jam 1 lewat hahahahah. Saking berantakan antrian. Saling serobot. Serem akunya...
Tapi skr udh lega, setidaknya tinggal tunggu vaksin kedua 30 agusts nanti. Pengen juga kalo booster vaksin udh tersedia, aku jg ga keberatan utk suntikan ketiga.
Jujur pandemi ini bikin stress. Apalagi aku baca udh ada lagi varian L dan K , apalagi itu gustiiii , ga abis2 ;(
Wah keren mbanya udah vaksin. Bener hihi masih lansia di sini yang didata, ternyata bisa daftar online tergantung lokasi tempat tinggal ya. Oke aku mau cari info dulu ah biar menyusul mbanya yang udah vaksin dan mesti siap2 jadwalin tidur yang bener nih :)
Alhamdulillah semoga setelah banyak yang vaksin virusnya perlahan mulai hilang dan keadaan cepat pulih.
Alhamdulillah ya mbak sudah vaksin, suamiku juga sudah vaksin pertama tinggal menunggu giliran vaksin kedua. sehat2 ya kita semua dan pandemi ini segera berlalu. Aaamiiin
sakit atau tidak vaksinnya