Less is More, Seni Berbenah Hidup Lestari
Beberapa pekan kemarin, di WAG-nya Griya Alka Selaras Semesta, saya menyimak dengan serius paparan Kak Denia tentang "Berbenah Ala Minisposiblehouse". Wah apa itu minisposible house?
Menarik dan bikin penasaran kan? Maka dari itu saya mengikuti paparannya dari awal sampai akhir, yang perlu link resume, silakan unduh di sini.
Jujur saja, mendengar kata cleanomic yang terbayang oleh saya adalah, eemm.... singkatan dari clean + economic alias bersih ekonomis atau keadaan bersih yang efisien.
Soal pengertian tersebut benar atau tidak, saya nggak tahu. Setelah menyimak obrolan bersama Kak Denia sang CEO Cleanomic, intinya saya menemukan prinsip cleanomic ini pada kehidupan minimalis yang fokus pada fungsi dan efisiensi.
Minisposable House : Rumah Impian Untuk Minimalist Lover
Kak Denia membangun rumah yang ia sebut minisposible house, sebuah rumah minimalis bernapaskan ramah lingkungan yang idenya muncul saat ia handle cleanomic. Isu-isu zero waste, minim sampah, low carbon living telah menginspirasinya membuat rumah yang bisa membantu meminimalisir dampak lingkungan.
Kak Denia menyadari, bahwa penyebab paling banyak pencemaran air adalah dari level rumah tangga karena limbahnya dibuang langsung ke saluran-saluran air. Dipikir-pikir, ini mungkin 'dosa' yang paling besar dari sampah rumah tangga, di mana bekas apapun di buang ke wastafel yang mengalir ke dalam tanah.
Sistem Pengairan
Fortunately, di minisposible house-nya, Kak Dania punya sistem greywater recycling yang sudah terintegrasi sehingga pembuangan limbah sudah melewati filterisasi, dan lain-lain.
Lantas, bagaimana dengan kita yang rumahnya udah jadi, mau renov dari awal nggak ada duit, dan udah males mikir lagi buat bongkar-bongkar rumah? Yha, selalu ada sedikit yang bisa kita lakukan. Seperti halnya Kak Dania bilang, air bekas cuci piring atau mandi tuh bisa kok dipake lagi. Asalkan, sabun yang dipakai sebelumnya itu less chemical, karena sabun tuh mengandung fosfor dan nitrongen yang merupakan nutrisi juga untuk kulit.
Jadi konsepnya, nggak nambah-nambahin yang nggak bisa dihindari gitu.
Kalaupun masih pakai sabun komersil yang mengandung surfaktan, yaah tampung di bilasan kedua aja buat dipake lagi. Saat ini saya melakukan hal tersebut buat siram-siram toilet, ketimbang ngeflush atau ngocorin keran air baru lagi atau dipakai saat ngosek kamar mandi. Jadi frekuensi keran air baru dikeluarin hanya sekali aja pas finishing terakhir.
Untuk air hujan, saya sepakat untuk nampung di beberapa ember atau semacamnya. Biasanya pagi-paginya saya pake buat bebersih halaman, nyuci kandang kucing, siram-siram tanaman, atau ngebilas kaki saat tiba di teras rumah dari luar.
Managemen Gadget
Ummm, ini yang sebenarnya masih saya usahakan, karena kebetulan orang rumah kompak nggak telaten naruh-naruh charger di satu tempat. Jadi dengan alasan biar gampang, itu charger tinggal colok aja gitu.
Untuk ini mungkin bisa disiasatin pake steker on/off ya biar cuma tinggal cetrak cetrek doang. Apapun lah yang bisa kita usahakan, lakukan aja.
Clothing
Naahh, kalau soal pakaian, saya termasuk yang boleh berbangga hati karena nggak terlalu ngikutin fashion ini itu. Beli baju paling cuman 1th sekali (kalau ketemu yang cocok), dan baju-baju waktu kuliah xx tahun lalu sebagian masih ada di lemari saya sekarang dan masih sering dipake.
Prinsip saya untuk baju, sepatu, dan tas (dan juga saya terapkan ke barang anak-anak), pake aja dulu sampe bolong, hahaha. Kalau tambalan pun sudah jebol, ya barulah baju-baju itu melipir ke rak lap. So far, baju saya dan suami cukup satu lemari buffet saja berdua.
Pilah Konten
Bagian memilah konten sama dengan memilah sampah, i couldn't agree more. Membaca konten-konten faedah tentu bisa memberikan energi positif ke dalam diri, meskipun saya masih suka hal-hal receh, well.. i'll make it on balance.
Bagaimanapun hidup sudah rumit, kita bisa membuatnya sederhana dengan tidak banyak membawa beban barang-barang, tagihan listrik, dan utamanya menyederhanakan keinginan yang tidak ada habisnya :)
ah bener! pilah konten sosmed, decluttering isi hp dan laptop jadi next to do list aku nih. kemarin2 baru decluttering secara fisik aja xD
Suka sama quote "Menyederhanakan keinginan yang tidak ada habisnya".
Saya pribadi juga sudah mulai berusaha lebih minimalis (meskipun dalam praktiknya masih amburadul).
Untuk air cucin juga saya masih gunakan kembali. Tapi saya lula soal air hujan, padahal di sini sering hujan akhir-akhir ini 🙈
i am on that journey to live less and accept anything without asking for more, rasanya hidup secukupnya sesuai yang dibutuhkan tanpa memaksakan kehendak jauh lebih menenangkan ya
Memang sih aku juga jadi merasa bersalah banget tiap hari buang2 sisa air cucian, selain itu juga jadi boros. Mesti di tata kembali nih jangan berlebihan.
yang sistem pengairan itu, saya juga biasanya menampung air wudhu di ember buat siram closet, kebetulan juga closetnya duduk bukan flush siih jadi manfaatin rembesan aja.
kalau baju juga jarang beli, dan anak-anak pun beruntung usia mereka dekatan daan semua laki, jadi baju Si Kakak bisa turun temurun sampai ke anak ketiga ini :D
masih banyak hal yang perlu diperbaiki nih aku juga Mba. Jadi melek banget sekarang, semoga bisa mengikuti jejaknya.
Baru tahu istilah minisposible house. Berarti sebaiknya saat mau punya rumah sendiri sudah dipikirkan amdalnya ya. Kalau belum bisa minimal berusaha semaksimal mungkin untuk nggak buang limbah rumah tangga sembarangan. Terima kasih insightnya, Mbak.
Aku pun berusaha nih ngejalanin gaya hidup minimalis. Sebisa mungkin harus cukup jangan mubazir lagi. Lagi belajar terus pokoknya.