Cegah dan Deteksi Dini Gejala Pikun
Ngaku aja, kita sering lupa naruh kunci rumah, naruh kacamata, naruh hape, padahal barusan aja dipegang, ya kan? Atau niatnya mau ke dapur, eh di tengah jalan menuju dapur, tengok kamar trus malah jemur bantal...niat ke dapur terlupakan. Benarkah itu namanya gejala pikun?
"Aduh kok gue lupa mulu ya mau ina inu, maklumlah faktor U.. "
"Mau mampir ke sini lupa aja, beginilah kalo dah pikun...bawaannya gak fokus"
Sering banget dong bergumam kaya gitu dalam beberapa kondisi. Entah menyalahkan usia, menyalahkan PJJ, menyalahkan beban pikiran, atau menyalahkan beban hidup atas kelupaan kita sendiri. Padahal, pikun itu sesuatu hal yang serius loh, nggak semudah berkata bahwa "aku sudah pikun".
Beruntung sempat ikutan webinar Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia, Minggu (20/9) lalu yang diadakan oleh PT ESAI dengan PERDOSSI. Festival ini diadakan dalam rangka World Alzheimer Month yang kali ini mengusung tagar #ObatiPikun. Di sana saya dapat pencerahan soal pikun-pikunan ini, yang ternyata, pikun itu bukan hal yang normal dan wajar, bahkan untuk lansia sekalipun. Wah ...
Apa itu pikun?
Ah, itu dia. Pikun adalah kondisi di mana seseorang butuh waktu lebih lama untuk mengingat atau lupa dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya, yang disebabkan menurunnya kemampuan seseorang untuk berpikir.
Dalam dunia medis, pikun ini disebut demensia, yang artinya penurunan fungsi otak seperti menurunnya daya ingat dan kecepatan berpikir serta berperilaku.
Nah, dari penjelasan ini, pikun atau demensia tentunya berbeda dengan lupa.
Bedanya lupa dengan pikun
Coba lihat infografis di bawah ini, ternyata antara pikun dengan lupa itu bedanya jauh. Lupa itu hal yang wajar dan manusiawi, sedangkan pikun adalah suatu kondisi penyakit tertentu yang harus ditangani. Maka, lupa bisa menimpa siapa saja, tetapi pikun dipengaruhi faktor-faktor dan risiko tertentu.
Gejala pikun
Tahu nggak sih, kalau di Indonesia saja, prevalensi demensia/pikun pada tahun 2016 mencapai 1.2 juta jiwa, yang akan terus meningkat jadi 1.9 juta jiwa di tahun 2030, dan hampir 4 juta jiwa di tahun 2050.
Bukan angka yang sedikit ya :'(
Maka dalam kampanye #ObatiPikun ini, harapannya masyarakat dapat teredukasi bahwa pikun bukanlah sebuah proses penuaan yang normal, melainkan penyakit yang harus ditangani. Penanganan demensia sejak dini bisa membantu menunda progresifitas penyakitnya dan membantu para pengidap demensia menjalani hidup yang berkualitas.
Untuk dapat melakukan penanganan, maka harus mengenali gejala pikun terlebih dahulu. Apa saja gejala yang mengisyaratkan seseorang sudah berada dalam kondisi pikun?
- Sulit fokus
- Sulit melakukan pekerjaan sehari-hari
- Sulit memahami, mengukur jarak, dan membedakan warna
- Gangguan daya ingat atau sering lupa
- Bingung terhadap waktu (hari dan tanggal)
- Menarik diri dari pergaulan
- Perubahan perilaku dan kepribadian
- Gangguan berkomunikasi dan kesulitan berbicara
- Salah membuat keputusan
- Menaruh barang tidak pada tempatnya
Gejala pikun ini lebih besar potensinya terjadi pada beberapa orang yang memiliki kondisi tertentu, seperti; berusia lanjut, hipertensi, stroke, diabetes melitus, jantung koroner, obesitas, kebiasaan merokok, depresi, atau kurang olah raga. Juga untuk orang-orang yang memiliki riwayat keturunan alzheimer.
Eh, ada alzheimer, apa lagi tuh?
Eh, ada alzheimer, apa lagi tuh?
Demensia Alzheimer
Demensia adalah suatu sindrom gangguan penurunan fisik otak yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif, emosi, daya ingat, perilaku dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Penyakit Demensia Alzheimer memiliki faktor risiko :
- Yang bisa dimodifikasi seperti penyakit vaskular: hipertensi, metabolik, diabetes, dislipidemia, pasca cidera kepala, pendidikan rendah, depresi;
- Yang tidak bisa dimodifikasi yaitu usia lanjut dan genetik yaitu memiliki keluarga yang mengalami Demensia Alzheimer.
Selain mengetahui faktor resikonya, penting untuk menyadari bahwa Demensia Alzheimer bersifat kronis progresif, artinya semakin bertambah kerusakan otak seiring bertambahnya umur. Sehingga deteksi dini sangat penting dilakukan bagi penderita Demensia Alzheimer.
Melalui deteksi dini, penderita Demensia Alzheimer dapat lebih cepat ditangani sehingga kerusakan otak karena penyakit tersebut dapat diperlambat.
Demensia Alzheimer merupakan penyebab utama ketidakmampuan dan ketergantungan lansia terhadap orang lain. Penyakit ini memberikan dampak fisik, psikososial, sosial, dan beban ekonomi tidak hanya bagi penderita tapi juga bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang Demensia Alzheimer mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan dalam melakukan diagnosis serta perawatan.
Mencegah pikun
Dari penjelasan-penjelasan di atas, pikun bisa saja dialami oleh orang usia muda, meskipun umumnya dialami oleh orang lanjut usia. Tahukah apa saja penyakit lansia tersering di Indonesia?
1. Osteoporosis (Keropos Tulang)
2. Masalah Penglihatan
3. Penyakit Alzheimer (Pikun)
4. Artritis (Nyeri Sendi)
5. Gangguan Metabolisme Tubuh
6. Hipertensi
7. Diabetes Mellitus
8. Malnutrisi
9. Insomnia
10. Inkontinentia (Mengompol)
11. Depresi (kerusakan
pemrosesan otak)
Nah, dengan mengetahui gejala-gejalanya sejak dini, kita bisa melakukan pencegahan atau setidaknya menunda penyakit-penyakit yang dapat menghinggapi saat usia lanjut. Salah satunya adalah mejalani pola hidup sehat sedini mungkin, penuhi asupan gizi seimbang melalui konsumsi makanan sehat, serta senantiasa menstimulus otak dengan berbagai kegiatan yang positif.
Kalau kita sering lihat orang muda rajin ke masjid, rajin beribadah, rajin senam pagi, atau berkebun, nggak usah nyinyir yaa...dibilang kegiatan orang berumur, lhaa...ya memang salah satu pencegahannya begitu. Ketimbang ngelamun mager aja di rumah sampe tua, mending isi kegiatan dengan hal-hal yang positif, yang membuat otak terus encer, bisa juga isi TTS, menulis (ngeblog kaya gini nih...), melukis, merajut, dll.
Deteksi Pikun Sejak Dini
Deteksi dini dapat membantu penderita demensia dan keluarganya untuk dapat menghadapi dampak penurunan fungsi kognitif dan pengaruh psiko-sosial dari penyakit ini dengan lebih baik. Selain itu penanganan demensia sejak dini juga penting untuk mengurangi percepatan kepikunan.
Salah satunya menggunakan aplikasi E-MS, yang diluncurkan pada tanggal 20 September 2020 dan dapat diunduh gratis oleh nakes maupun masyarakat umum di Playstore maupun Appstore.
Aplikasi E-MS ini akan menilai kondisi memori seseorang dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
terkait Demensia Alzheimer yang mungkin dialami oleh pengguna aplikasi.
Aplikasi E-MS ini akan memberikan skor di mana ketika skor tersebut menunjukkan kondisi abnormal, maka aplikasi ini akan menyediakan fitur direktori rujukan terpercaya kepada dokter di sekitar pengguna aplikasi berdasarkan GPS termasuk informasi jarak, nama dokter beserta keahliannya di bidang Demensia Alzheimer, serta nomor call center RS yang dapat dihubungi.
Cara menggunakan aplikasi E-MS :
1. Buka aplikasi, klik deteksi dini
2. Isi data diri
3. Jawab pertanyaan 1 sampai 8 dengan jujur (ya, tidak, tidak tahu)
4. Hasilnya akan berupa skor
Selain deteksi dini, aplikasi ini juga menyediakan ragam informasi terpercaya dan akurat mengenai Demensia Alzheimer dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam. Aplikasi ini juga menyediakan tips dan trik dalammerawat Orang Dengan Demensia (ODD) secara efektif dan efisien.
Mumpung masih belum masuk usia lanjut, yuk kita cegah gejala pikun dari sekarang. Ingat saja bahwa kita tidak ingin merepotkan anak-anak atau saudara kita nanti saat tua, jadinya semangat selalu untuk hidup sehat dan positif agar hidup tetap berkualitas :)