Semangat Ibu Bantu Ibu Lawan Corona
Kita semua tahu, dampak pandemik Covid-19 ini begitu dahsyat, di semua lini kehidupan. Memikirkan nasib para pekerja harian, apa itu pedagang, kuli bangunan, buruh harian, tukang ojek, pegawai hotel, rumah makan dan pekerja lainnya, pasti hati ini perih. Mereka mungkin biasa juga dengan libur sehari dalam seminggu, tapi libur sebulan, dua bulan, tiga bulan? Huhu, nggak bisa bayangin ...
Sungguh salut sama aktivitas teman-teman yang saya lihat lewat sosmed, mereka begitu dermawan dan welas asih membagikan bantuan sana sini. Menggalang dana dari donatur, mengolahnya jadi masakan harian yang dibagikan ke warga terdampak, ada yang membelikan kain dan menjahitkan masker untuk dibagi-bagi ke pasar, di jalan, ada juga yang menjahit APD khusus untuk disumbangkan ke fasilitas-fasilitas kesehatan setempat.
Barakallah, semangat berbuat baik warga Indonesia amat patut diacungi jempol. Senang lihat senyum para pemberi dan penerima, tak usahlah mikir soal riya dan harga diri. Ketika diri butuh bantuan, jujur adalah hal yang baik dan tidak sedikitpun menurunkan harga diri siapapun.
Saya pribadi, merasa belum bisa berbuat banyak untuk masyarakat secara umum, terlebih banyak keterbatasan yang saya miliki. Jika sendiri dirasa berat, perlu bersinergi dengan teman-teman lain supaya bisa bergerak lebih leluasa.
Teman-teman di Komunitas Ibu Profesional Malang yang saya ikuti, mengampanyekan gerakan Ibu Bantu Ibu sebagai respon aktif bagi para pihak yang terdampak pendemik ini. Sebelumnya, kami mendirikan tim Siaga Covid-19 untuk membantu PDP di kalangan member komunitas. Ketika pasien yang terdata sudah tuntas kami dampingi, maka gerakan meluas ke lingkungan masyarakat yang terdampak.
Prinsipnya, gerakan Ibu Bantu Ibu ini semacam penularan berbuat baik. Satu ibu membantu perekonomian satu ibu, kemudian satu ibu mengajak ibu lainnya untuk melakukan hal yang sama pada ibu lain di sekitarnya. Jika tidak mampu sendirian, bisa mengajak ibu lain untuk sama-sama membantu.
Masyallah, tabarakallah ... banyak yang tergerak hatinya untuk ikut mendonasikan harta dan tenaganya dalam gerakan ini. Para penjahit masker, pembuat hand sanitizer, dan teman-teman lain yang suda menyumbangkan sembako dan keperluan lain untuk yang membutuhkan, Allah yang balas kebaikan teman-teman sekalian.
Kami tidak menghitung berapa banyak yang sudah kami bantu, tapi kami terus mencari siapa lagi yang bisa kami bantu, dan apa yang bisa kami siapkan. Sungguh, berbuat baik itu nagih dan membuat bahagia. Buat teman-teman pembaca, silakan lakukan di lingkungan kalian, tengok kanan kiri siapa tau ada tetangga yang kekurangan tapi kita nggak pernah sadar.
Saya rasa, ini saatnya kita buka mata lebih lebar pada lingkungan sekitar. Saat uluran tangan nggak bisa menjangkau yang jauh, yang dekat diutamakan. Bantu tetangga menyambung hidupnya, supaya mereka bisa diam di rumah tapi terpenuhi kebutuhan perutnya. Bisa dengan cara masak lebih banyak dan membaginya tiap kali waktu makan, penuhi kebutuhan sembako sepekan sekali, atau ajak anak-anaknya makan di rumah. Ah, andai semua keluarga melakukan kebaikan seperti ini pada tetangganya yang kekurangan, insyaallah situasi sulit jadi berkah untuk sesama.
Apalagi besok bulan Ramadan, amalan dikencengin bukan hanya mengejar pahala, tapi juga udah waktunya rasa kemanusiaan ditingkatkan sebagai wujud keimanan dan rasa syukur.
Saling lindungi, saling bantu.
I Protect You, You Protect Me. I Help You, You Help Me.
tetep saling membantu selama masih bisa membantu.semoga wabah ini segera berlalu