Day 14: THR Turun, Jangan Culun!
Jika ada yang bilang "Ya biarin aja kali, THR kan bonus, duit-duit gue, mau dipake boros kaya apa juga urusan gue," Iyaa, bhaaiiiiqque....terserah lodeh. Artinya tulisan ini memang bukan buat kamu yang sudah secure secara finansial.
Saya mau bagi pengalaman soal perlunya manajemen ngurus THR. Bisa jadi karena kebutuhan yang banyak, atau karena nominal THR nya juga nggak tinggi. Menurut Permenaker No. 6/2016, besaran THR yang berhak diterima seorang karyawan ialah 1 x Upah/bulan. Ini ya artinya besarannya tergantung gaji setiap orang, nggak sama, apalagi yang hitungannya pro-rate, maka dari itu treatmentnya juga nggak bisa sama.
Sebelumnya, hamdallah dulu. Karena malam ini THR suami udah turun, waseekkk.. Tapi berhubung lebaran masih dua minggu lagi, trus plan liburan di Bandung bakal lama, harus bisa bener-bener saving nih. Bagi kami keluarga yang sumber pendapatan tetapnya cuman satu, dapet THR tu kudu banget diatur-atur. Dia bukan sekadar bonus cuma-cuma, tapi untuk mengcover musim pengeluaran yang di luar biasanya.
Dan kayanya emang duit-duit runtuh begini datangnya pas momen-momen keluar duit banyak macam lebaran, liburan, tahun ajaran baru. Jadi wajar lah yaaa, mengakomodasi biaya kemahalan hidup.
Setelah sekian tahun nerima THR, lama-lama saya jadi paham pola rutin pengeluaran saat Hari Raya begini. Jujur, saya bukan orang yang financially organized, nggak bisa nabung, bingung nyatet pembukuan, pada akhirnya suka defisit atau habis tak bersisa. Iyaaa, itu sayaaa banget. Tapi kesini-sini belajar lah dikit-dikit, minimal post-post yang harus keluar semua terpenuhi dulu, baru rest di sisa konsumsi. Kebetulan suami juga bukan tipikal yang apik sama uang, selama masih ada dia bakal glosor-glosor aja, kalo aku juga masih gak gablek duit, di mana remnya *tutup muka*
Baca referensi sana-sini, saya jadi bisa menyimpulkan pengaturan untuk uang-uang di luar pendapatan tetap (THR, bonus tahunan, gaji ke 13, dan semacamnya).
Sebelumnya, hamdallah dulu. Karena malam ini THR suami udah turun, waseekkk.. Tapi berhubung lebaran masih dua minggu lagi, trus plan liburan di Bandung bakal lama, harus bisa bener-bener saving nih. Bagi kami keluarga yang sumber pendapatan tetapnya cuman satu, dapet THR tu kudu banget diatur-atur. Dia bukan sekadar bonus cuma-cuma, tapi untuk mengcover musim pengeluaran yang di luar biasanya.
Dan kayanya emang duit-duit runtuh begini datangnya pas momen-momen keluar duit banyak macam lebaran, liburan, tahun ajaran baru. Jadi wajar lah yaaa, mengakomodasi biaya kemahalan hidup.
Setelah sekian tahun nerima THR, lama-lama saya jadi paham pola rutin pengeluaran saat Hari Raya begini. Jujur, saya bukan orang yang financially organized, nggak bisa nabung, bingung nyatet pembukuan, pada akhirnya suka defisit atau habis tak bersisa. Iyaaa, itu sayaaa banget. Tapi kesini-sini belajar lah dikit-dikit, minimal post-post yang harus keluar semua terpenuhi dulu, baru rest di sisa konsumsi. Kebetulan suami juga bukan tipikal yang apik sama uang, selama masih ada dia bakal glosor-glosor aja, kalo aku juga masih gak gablek duit, di mana remnya *tutup muka*
Baca referensi sana-sini, saya jadi bisa menyimpulkan pengaturan untuk uang-uang di luar pendapatan tetap (THR, bonus tahunan, gaji ke 13, dan semacamnya).
Tips Mengatur Keuangan di Luar Pendapatan Tetap
1. Pisahkan THR dan gaji
Nah ini, biasanya nggak berapa lama THR turun, seminggu kemudian gajian. Perlu diingat bahwa pengeluaran rutin rumah tangga, biaya harian, tetap ditanggung oleh gaji seperti biasanya, bukan dibayar oleh THR biar gaji utuh. Peruntukan THR tetap sesuai namanya, untuk keperluan Hari Raya (mudik, pakaian, makanan, zakat, sedekah)2. Usahakan nabung/sisihkan dana
Saya insap ngabisin THR, kaya gak ada sisanya gitu entah kok habis begitu saja. Demi menghindari perasaan bersalah kaya gini, usahakan sisihkan duluan min 10% untuk ditabung. Jadi selepas Hari Raya, setidaknya adalah receh-recehan yang bisa diciduk dari saku celana.3. Beli kebutuhan lebaran jauh hari
Termasuk tiket mudik, yang makin mendekati hari H biasanya makin mahal dan berebutan. Bujet yang keluar bisa dua kali lipat dari harga normal biasanya. Kalo misal mau beli dari sebelum puasa tapi uang THR belum ada, bisa pakai uang darurat atau mengajukan pinjaman ke kantor (khusus senilai yang dibutuhkan, jangan lebih). Begitu THR turun bisa langsung dipotong atau dibayarkan, jangan ditunda.Begitu pula dengan pakaian lebaran. Iya pakaian memang nggak penting, tapi berhubung punya uang lebihnya pas kaya gini kan yaaa...ya wajarlah kalo beli-beli. Nggak beli koleksi Raya-nya Vanilla Hijab atau Wearing Klamby gapapa lah...ketinggalan hijab edisi lebarannya Buttonscarves ya udahlah..produk edisi lebaran biasanya agak mewah, otomatis harganya pun tinggi. Kalo beli dari sebelumnya kan bisa menghemat banyak, harga satu baju edisi Raya mungkin bisa beli satu stel baju casual/gamis+kerudung di hari biasa.
Itu kalo menurut saya yang nggak doyan nguber baju heits se-instagram yak. Bagi anda-anda yang punya lusinan hijabnya BS sih, ya monggo aja, berarti duitnya kan memang ada, hehe.
Jika memilih jahit, sarimbit atau tidak, itu juga usahakan dilakukan sebelum musimnya lebaran. Selain antrean di penjahit juga numpuk, kita cenderung royal memilih bahan kain yang istimiwir karena mindsetnya buat dipake lebaran. Padahal kan jauh lebih bermanfaat kalau bajunya bisa dipake di kesempatan lain, bukan cuman lebaran yang cuman sehari dua hari.
Wah nomer 3 ini panjang ya..
4. Prioritas, Hemat, Jangan lupa sedekah
Penting buat punya prioritas pengeluaran yang akan pake duit THR. Misalkan ngasih ke orangtua, infak ke guru ngaji anak-anak, membayar fidyah. Khusus tahun ini juga pas barengan sama tahun ajaran sekolah baru, udah pasti ada pengeluaran yang harus didahulukan ketimbang pos lainnya.Hemat bukan berarti pelit, tapi mengeluarkan sesuai peruntukannya.
Jangan lupakan sedekah, karena ada sekian persen milik mereka dalam rezeki kita. Selalu ingat bahwa sehabis lebaran, kita bakal kembali ke rutinitas keuangan seperti biasanya lagi.
Jangan sampe tekor, yes!
iyess, kalau sampe tekor yg ada lebaran udah lewat kitanya gigit jari, hikkks