Day 2 : Tempat Buka Puasa Favorit
Setelah nggak berminat lagi ikut-ikutan bukber di keramaian yang super riweuh itu, kalo lagi di perjalanan saya milih buka puasa di masjid aja. Selain bisa ngadem sambil nungguin adzan, habis minum bisa langsung jamaah sholat magrib dengan tenang.
Sejauh ini masjid langganan favorit saya untuk buka puasa adalah Masjid Khadijah, di jalan Arjuno, Malang. Masjidnya sederhana, nggak terlalu besar dan megah, tapi jamaah yang sholat di sini selalu ramai. Lokasinya strategis banget, dekat dengan supermarket, kampus, skin clinic, toko muslim dan tempat hits lainnya.
Nggak cuma saat buka puasa aja kita mampir sini, di hari-hari biasa sering juga nyempatkan diri untuk sholat atau sengaja jadi tempat janjian sama bapake kalo pas berpisah rombongan. Entah kenapa, betah aja walo cuma duduk berlama-lama di terasnya. Nggak ada yang negur kalo kita cuma numpang beristirahat/tiduran di teras. Nggak ada yang gebah-gebah ketika anak-anak main dan lari-lari di teras atau mengesampingkan jamaah anak-anak di bagian belakang. Bahkan anak-anak anteng ngeluarin mainannya pun nggak masalah.
Bukan artinya ini masjid nggak ada pengurusnya, atau nggak ada yang peduli. Justru takmirnya aktif, gesit dan baik hati. Dibanding masjid raya yang mungkin saking megahnya, pengurus masjid hanya ada di titik-titik tertentu selebihnya kosong dan sepi. Di Khadijah, pengurusnya bolak balik bebersih dan mengurus keperluan jamaah dengan baik, mulai takmir sampai tukang parkir yang tidak mau dibayar.
Nah, pas puasa gini....orang-orang yang datang semakin rame siang sampe malam. Menjelang berbuka, sekitar jam setengah 5 an, teras mulai penuh dengan orang-orang yang sholat ashar lanjut nunggu waktu berbuka. Telah disiapkan gelas-gelas kaca berisi teh manis hangat, atau air mineral gelas. Terkadang ada juga donasi dari warga/donatur berupa takjil seperti sebungkus kurma, kue atau es blewah.
Selepas jamaah magrib, dapat lagi nasi kotak atau nasi bungkus buatan warga setempat. Dimakan rame-rame di teras masjid, ngumpul sekeluarga, atau sambil ngobrol dengan kenalan baru. Lauknya sederhana aja, kadang dapat nasi kuning komplit, kadang sego sambel ayam goreng, tumis buncis, orek tempe atau sayur-sayuran kaya di bawah ini, tapi nikmatnya buka puasa di suasana seperti itu masyaallah nggak tergantikan.
Belum lagi di situ ada yang ngetem tukang jagung rebus, Ali sering banget beli jagung rebus di sini, pasti karena aromanya menggiurkan. Beliau juga sering membagikan jagungnya secara cuma-cuma untuk para jamaah berbuka...barakallah, Pak.
Pada akhirnya, suasana kehangatan saat berbuka puasa inilah yang aslinya ngangenin. Ukhuwahnya sangat terasa. Beberapa ada yang melanjutkan perjalanan, ada juga yang nerus tarawih di situ.
Belakangan, saya baru tau juga ada dalil keberkahan di dalam makan bersama-sama saat berbuka.
Dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلاَ نَشْبَعُ. قَالَ « فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ ». قَالُوا نَعَمْ. قَالَ « فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ »
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda: “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda: “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.” (HR. Abu Daud no. 3764, hasan).
Hadits ini menunjukkan bahwa agar makan penuh keberkahan, maka ucapkanlah bismilah serta keberkahan bisa bertambah dengan makan berjama’ah (bersama-sama).