Selamat Datang, Tahun Guguk
2018 ooiii...!!
Nggak bosen, kan yaa, bikin resolusi tahunan atau apa deh itu, semacam refleksi awal tahun atas apa saja yang sudah terjadi di tahun lalu. Meskipun pada akhirnya, resolusi hanyalah jadi urutan list yang terpampang nyata di postingan berdebu, xixixi
Mumpung masih Januari, masih bisa lah memulai dari awal. Mau flashback dulu aah, tahun 2017 kemarin, saya udah ngapain aja?
Awal tahun '17, habis baca The Life Changing Magic of Tidying Up-nya Marie Kondo, saya jatuh cinta pada minimalism. Dulu tahu soal frugal living style, namun kayanya costnya mahal banget mengingat yang natural-natural di sini jatuhnya malah jadi berat di ongkos. Sejak itu jadi bertekad banget buat berbenah isi rumah, mengurangi segala printilan nggak penting dengan metode yang baru, beberes sesuai kategori, bukan tempat. Dari beberes total ini, dapetlah berkarung-karung dan berkardus-kardus item tak berguna yang bikin saya ketawa miris "gilaak, gue menyimpan segini banyak sampah selama ini??"
Yang utama, tentunya, memperbaiki diri, mengubah mindset dan mental agar selalu "merasa cukup". Ini klop ya dengan panduan perilaku islami, qonaah? ikhlas dengan apa yang sudah diberi, merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki, dan menjauhkan diri dari rasa tidak puas atau kekurangan.
Kaizen, perbaikan yang terus menerus. Berubah menjadi lebih baik.
Memang nggak mudah untuk merasa tidak kurang di zaman yang serba materialistis ini, but i've made it anyway through these times. Bikin lega, ya lega di rumah, lega di hati. Selama ini kita selalu punya alasan buat numpuk-numpuk barang di rumah dengan dalih 'sapa tau nanti butuh, sapa tau nanti kepake', nyatanya sampai bertahun-tahun barang itu tidak pernah memenuhi manfaatnya. Baju-baju di lemari, yang nggak pernah kita pake lagi tapi sayang buat disingkirkan, hanya dengan berpikir 'ah kali aja ntar bisa dipake lagi', padahal, lingkar pinggang udah melar sekian senti dari saat kita masih muat pakai jeans tersebut. Apa jangan-jangan barang itu akan lebih bermanfaat jika pindah tangan ke orang lain?
Begitulah, salah satu 'kekayaan hidup' saya yang bertambah di tahun kemarin.
Tengah tahun, alhamdulillah, banyak kenaikan level. Arraf tamat puasa sebulan penuh untuk pertama kali. Serius banget dia, sahur gak pernah bolos, sholat subuh, tarawih rajin, ditawarin buka saat perjalanan mudikpun nggak mau. Habis itu dia masuk SD, ahh...another phase story. Lalu adiknya, masuk TK, dapet lagi cerita yang baru. Mamakpun semakin tua, dan semakin dituntut untuk bisa memberi contoh yang baik.
Daaann...akhirnya, si bungsu tersapih jugayang harusnya udah lulus dari tahun sebelumnya :p emang nih, yang satu ini sulit lepas mungkin karena nggak ada saingan ya, jadi dia keenakan ngASI lama sampai mau tiga tahun. Padahal sudah nggak rutin juga, tapi tetep aja obat mujarab. Alhamdulillah setelah drama belasan purnama akhirnya mau lepas juga.
Masih di pertengahan tahun, alhamdulillah dikasih kesempatan berbagi manfaat lewat kontribusi di buku Coretan Penaku, sebuah Warisan untukmu. Ini semua pengalaman pertama jadi penulis, sekaligus editor dan bekerja sama dalam penerbitan buku. Nulis bareng dua puluh dua ibu hebat, yang sudi membagi ilmu dan pengalaman dalam membersamai anak-anak. Semoga saya juga kecipratan hebat dan telatennya ibu-ibu ini, malu dong sama nama yang terpampang di cover buku ;)
Sebagai penutup tahun, kita antarkan kakak-kakak ke gerbang aqil-baligh nya lewat kewajiban bersunat. Duh, gini ya rasanya punya anak laki-laki, dulu nggak kebayang deh nyunatin anak dan merawat 'burung-burung yang terluka'. Setelah tiga begini, ya mau nggak mau, dihadapin juga. Lega banget saat semua sudah terlalui, apalagi prosesnya smooth tanpa resistensi sedikitpun. Peluk hangat kakak-kakak, kalian luar biasa banget membuat segalanya ini mudah buat kami. Mau kurang bersyukur gimana lagi ayah dan ibu :*
Tengah tahun, alhamdulillah, banyak kenaikan level. Arraf tamat puasa sebulan penuh untuk pertama kali. Serius banget dia, sahur gak pernah bolos, sholat subuh, tarawih rajin, ditawarin buka saat perjalanan mudikpun nggak mau. Habis itu dia masuk SD, ahh...another phase story. Lalu adiknya, masuk TK, dapet lagi cerita yang baru. Mamakpun semakin tua, dan semakin dituntut untuk bisa memberi contoh yang baik.
Daaann...akhirnya, si bungsu tersapih juga
Masih di pertengahan tahun, alhamdulillah dikasih kesempatan berbagi manfaat lewat kontribusi di buku Coretan Penaku, sebuah Warisan untukmu. Ini semua pengalaman pertama jadi penulis, sekaligus editor dan bekerja sama dalam penerbitan buku. Nulis bareng dua puluh dua ibu hebat, yang sudi membagi ilmu dan pengalaman dalam membersamai anak-anak. Semoga saya juga kecipratan hebat dan telatennya ibu-ibu ini, malu dong sama nama yang terpampang di cover buku ;)
Sebagai penutup tahun, kita antarkan kakak-kakak ke gerbang aqil-baligh nya lewat kewajiban bersunat. Duh, gini ya rasanya punya anak laki-laki, dulu nggak kebayang deh nyunatin anak dan merawat 'burung-burung yang terluka'. Setelah tiga begini, ya mau nggak mau, dihadapin juga. Lega banget saat semua sudah terlalui, apalagi prosesnya smooth tanpa resistensi sedikitpun. Peluk hangat kakak-kakak, kalian luar biasa banget membuat segalanya ini mudah buat kami. Mau kurang bersyukur gimana lagi ayah dan ibu :*
Sepanjang tahun sisanya, ngalamin juga masa-masa berat di aspek hidup yang lain. Hidup nggak selalu mulus, kan, ya? Sempat juga mengalami asa yang terjun bebas karena suatu hal, lalu kemudian tertatih-tatih untuk berdiri lagi. Kata siapa hidup itu mudah? tapi juga siapa bilang hidup itu sulit? nggak ada yang abadi di dunia ini, kecuali cucian di keranjang.
When life gives you a lemon, make lemonade!
When life gives you a lemon, make lemonade!
2017 yang keren 👍 Terimakasih sudah menginspirasi 💞