Wisata Perpustakaan di Bandung dan Malang
Semasa kecil di Bandung, saya mulai kenal perpustakaan karena sering ngikutin orangtua atau tante yang lagi kuliah mencari bahan tugas di Perpustakaan Daerah Kota Bandung.
"Ayo ikut ke perpus, biar tambah pengetahuan," begitu doktrinnya. Lalu daripada bengong terus ngantuk, di perpus saya ikutan baca buku apa saja yang ada, baik itu judulnya Fisika Molekul atau Ekonomi Mikro, pokoknya biar nggak bosan nunggu yang berlama-lama ngerjain tugas. Kalau dulu sudah ada Android mungkin saya malah menghabiskan waktu hapean ketimbang baca buku di sana.
Dapat giliran ke bagian buku anak-anak kalau orang dewasa sudah selesai dengan urusannya. Saat itu, di benak saya, perpustakaan itu tempat baca dan minjam buku, yang entah jangka waktunya berapa lama karena seringkali saya lihat beberapa buku berlabel "Perpustakaan Daerah Kota Bandung" lama sekali nangkring di lemari di rumah ^__^
Perpustakaan saat SMP
Begitu SMP dan bisa pergi sendiri, saya kenal dengan Taman Bacaan dekat sekolah. Taman Bacaan memang tidak 'se-ilmiah' dan seformal perpustakaan, mulai tempatnya yang kecil-kecil, kebanyakan buku-buku yang ada di sana juga cenderung yang ringan dan populer saja.
Tapi sebutan 'anak perpus' saat itu belum keren seperti sekarang mengingat standar perpustakaan sekolah negeri dulu koleksi bukunya jadul dan tidak menarik. Belum ada tuh era-nya Rangga dan puisinya. Makanya nongkrong di Taman Bacaan setidaknya terlihat lebih gaul daripada di perpus 😋
Awalnya yang saya sewa masih seputar komik-komik maskulin seperti Detective Conan, Shoot atau Offside. Memilih komik karena cuma punya waktu curi-curi baca di kolong meja kelas. Karena kalau saya bawa komik ke rumah, alamat bisa diceramahin Ibu sampai sore... hehe.
Selanjutnya, saya dan teman-teman tertantang untuk safari Taman Bacaan ke daerah sekolah lain, bahkan dekat kampus-kampus. Judul komik kesayangan sudah pada tamat, lanjut ganti genre remaja, Goosebumps dan Fear Street karya R.L. Stine, anak 90an pasti tahu yaa 😍
Dulu berasa keren banget baca serial populer semacam ini, gaya bahasa dan isi ceritanya pun abege sekali, menyesuaikan usia. Dari koleksi di Taman Bacaan ini juga, saya mengenal novel-novel karangan penulis luar negeri. Lalu tentu saja hatiku tertambat pada Harry Potter series. Mulai baca buku #1 dan #2 hasil meminjam, buku ketiga dan seterusnya dapat hadiah dari teman se-geng setiap ulang tahun. Saat sudah punya uang sendiri, saya bisa melengkapi koleksi Harry Potter saya dengan membeli buku 1-2 yang asli.
Awalnya yang saya sewa masih seputar komik-komik maskulin seperti Detective Conan, Shoot atau Offside. Memilih komik karena cuma punya waktu curi-curi baca di kolong meja kelas. Karena kalau saya bawa komik ke rumah, alamat bisa diceramahin Ibu sampai sore... hehe.
Cuman sampe nomor 34 inilah pengalaman "Conan" saya |
Yang ini alhamdulillah sampe tamat (kalau ngak ada lagi lanjutannya) |
Selanjutnya, saya dan teman-teman tertantang untuk safari Taman Bacaan ke daerah sekolah lain, bahkan dekat kampus-kampus. Judul komik kesayangan sudah pada tamat, lanjut ganti genre remaja, Goosebumps dan Fear Street karya R.L. Stine, anak 90an pasti tahu yaa 😍
Dulu berasa keren banget baca serial populer semacam ini, gaya bahasa dan isi ceritanya pun abege sekali, menyesuaikan usia. Dari koleksi di Taman Bacaan ini juga, saya mengenal novel-novel karangan penulis luar negeri. Lalu tentu saja hatiku tertambat pada Harry Potter series. Mulai baca buku #1 dan #2 hasil meminjam, buku ketiga dan seterusnya dapat hadiah dari teman se-geng setiap ulang tahun. Saat sudah punya uang sendiri, saya bisa melengkapi koleksi Harry Potter saya dengan membeli buku 1-2 yang asli.
Sewa menyewa buku rasanya dulu nggak sulit juga, pinjam selama dua minggu pakai kartu anggota teman, harga tepatnya sih lupa, tapi kayanya nggak lebih dari 1000 rupiah, deh!
Perpustakaan saat SMA
Duduk di bangku SMA, saya kembali sering mengunjungi Perpustakaan Daerah bahkan sudah duduk manis di situ sedari jam 8 pagi, karenaaa .... kesiangan masuk sekolah 😴
Sekolah saya termasuk yang ketat urusan disiplin waktu, maka ketika telat 10 menit gerbang besar sudah ditutup, nggak ada kesempatan lagi buat nyelip-nyelip masuk menerobos tiga lapis gerbang sekolah. Terpaksa balik kanan tanpa arah tujuan. Pulang jelas nggak mungkin, dong, kalau ada tetangga yang lihat lalu lapor emak, habislah sayaaa.
Eh tapi mau ke mana juga kalau anak sekolah pagi-pagi begini, uang saku juga pas-pasan kalau mau nongkrong di tempat jajan atau mal (belum buka pula ya mal-nya).
Lalu untuk menghabiskan waktu setidaknya sampai jam 12 siang (baca: bolos sekolah), saya akhirnya melipir ke perpustakaan lama-lama, baca sebanyak mungkin selama waktu berjalan. Untuk kegiatan ini, saya punya binder khusus yang isinya semua "hal-hal penting" yang saya salin dari buku-buku di perpus. Mulai quotes tokoh-tokoh dunia sampai fakta-fakta menarik apa saja.
Apa tidak ada yang bertanya kenapa anak berseragam sudah berkeliaran pagi-pagi? Huehe, syukurlah tidak ada yang kepo, atau mungkin dikiranya memang sedang studi literatur (studi apaan juga, hahaha). Btw, perpustakaan ini lokasinya searah jalan pulang, jadi sangat mungkin sekali di sini saya berpapasan sama orang yang kenal, termasuk ibu saya sendiri sepulang dari mengajar, wkwkwk.
Perpustakaan saat Kuliah
Lanjut ke zaman kuliah, internet sudah jadi hal yang familiar digunakan sehingga melengkapi adanya perpustakaan. Saya dan teman-teman memang lebih sering duduk di perpustakaan jurusan saat jeda mata kuliah. Yah nggak selalu membaca sih, ngobrol tanpa menyentuh buku satu pun juga sering, sambil ngemil malah. Tapi saat kuliah ada tuntutan untuk baca buku banyak kan, jadilah perpustakaan adalah tempat rutin buat mengerjakan segala hal, dari membaca, berdiskusi, berdebat, dan mengerjakan tugas.
Perpustakaan jurusan kami nggak mewah, hanya sepetak kecil yang dibagi-bagi dengan jurusan lain di FISIP. Tapi isinya harta karun semua, buku-buku textbook yang tebal dan berbahasa rumit. Buku-buku tulisan para filsuf, ahli politik, ahli perang, ahli strategi, atau para feminis, dan diplomat semua ada di sana. Dosen-dosen kami memang murah hati, tahu mahasiswanya nggak sanggup beli buku Introduction to International Relations yang segede bantal itu, mereka membawakannya dari Oxford dan menaruhnya di perpustakaan.
Perpustakaan jurusan kami nggak mewah, hanya sepetak kecil yang dibagi-bagi dengan jurusan lain di FISIP. Tapi isinya harta karun semua, buku-buku textbook yang tebal dan berbahasa rumit. Buku-buku tulisan para filsuf, ahli politik, ahli perang, ahli strategi, atau para feminis, dan diplomat semua ada di sana. Dosen-dosen kami memang murah hati, tahu mahasiswanya nggak sanggup beli buku Introduction to International Relations yang segede bantal itu, mereka membawakannya dari Oxford dan menaruhnya di perpustakaan.
Kami juga menjelajahi perpustakaan-perpustakaan NGO dan lembaga penelitian seperti CSIS kalau sedang ke Jakarta. Fotokopi adalah jalan ninja untuk buku-buku bagus yang tidak bisa kami pinjam, dan tidak sanggup kami baca selesai saat itu juga. Maafkan soal pembajakan ini :(
Perpustakaan era 2000-an
Tahun 2000 ke atas, di Bandung banyak juga bermunculan tempat nongkrong yang berkonsep library-cafe dengan wifi hotspot. Walau tetap saja ... lebih banyak ngobrolnya ketimbang bacanya, haha. Zoe Library&Comic Corner di Jalan Pager Gunung adalah salah satu tempat mangkal saya buat baca-baca, janjian ketemu orang, atau sekadar ingin menyendiri saat galau.
Mau bacaan yang lebih ringan lagi, cukup bolak balik majalah saja sambil nyeruput es teh manis, bawa laptop, dan internetan sepuasnya alias nggak baca buku sama sekali 😂
Mau bacaan yang lebih ringan lagi, cukup bolak balik majalah saja sambil nyeruput es teh manis, bawa laptop, dan internetan sepuasnya alias nggak baca buku sama sekali 😂
Perpustakaan Umum Kota Malang
Senang rasanya mengetahui bahwa saat ini di berbagai kota di Indonesia dibangun perpustakaan-perpustakaan yang memadai baik milik swasta maupun pemerintah. Kalau dulu, perpustakaan identik dengan gedung yang kaku, buku-buku yang berdebu dan berantakan, perpustakaan zaman sekarang secara interior sudah jauh lebih nyaman dan keren--untuk selfie, penataan buku yang lebih rapi juga koleksi kepustakaan yang up to date.Setelah hampir 5 tahun tinggal di Malang, saya baru mengajak anak-anak ke Perpustakaan Kota setahun belakangan ini, sebagai alternatif weekend kita selain taman kota dan wisata alam. Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Malang terletak di lokasi yang sangat strategis di tengah kota dan dilalui banyak angkutan umum, jadi seharusnya nggak bakal males ke sini karena alasan jauh dan susah transport.
Gedung perpustakaan terdiri dari tiga lantai; lantai satu untuk registrasi keanggotaan, ruang anak-anak, dan hall kecil di tengah gedung untuk mengadakan workshop atau bedah buku. Lantai dua terdiri dari ruang sirkulasi (peminjaman dan pengembalian), ruang multimedia, ruang referensi dan ruang koleksi buku teks umum. Sedangkan lantai tiga difungsikan sebagai hall serbaguna yang lebih besar.
Untuk berkunjung dan membaca saja, perpustakaan ini bebas dikunjungi masyarakat secara umum, tidak perlu registrasi atau mengisi daftar tamu. Tersedia loker penyimpanan barang dengan kunci, yang, pada hal ini, handbag ala emak-emak pun harus dititipkan. Alhasil bagian ini agak repot karena harus nenteng dompet, hp plus charger, tambah lagi kalau sekalian bawa alat tulis.
Kebetulan, tiap ke sana, saya nggak pernah punya kesempatan mampir ke bagian umum karena selalu sama anak-anak. So i cannot give you any hints about general collections, kapan-kapan mau mampir sana kalau pas pergi sendiri.
Ruang Baca Anak
Ruang baca anak-anak di sini tidak terlalu besar, tapi koleksinya sangat mumpuni dengan kebutuhan literasi anak-anak. Buku-buku tersusun rapi sesuai kategorinya (dan segera dibereskan petugas bila ada buku yang nyelip di rak kategori lain). Ada kategori komik, buku referensi, fiksi (novel atau buku cerita), buku aktivitas, dan play book. Judul-judulnya pun cukup up-to-date, alias buku yang rilisnya maksimal 5 tahun ke belakang, artinya, konten di dalamnya tidak ketinggalan zaman sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.Interior ruangan ini juga nyaman dan eye catching banget buat anak-anak. Dinding yang dilukis gambar-gambar menarik, kursi baca warna-warni, dan tersedia juga beberapa unit komputer untuk browsing dan LCD tv untuk memutar video peraga.
Main di Perpustakaan Kota Malang ini bikin betaaahh berlama-lama baca atau membacakan buku buat anak-anak. AC di beberapa titik mengeluarkan udara yang cukup sejuk dan ada beberapa charging port buat mama-mama yang agak mati gaya nungguin anak-anak (mungkin sudah terlalu addicted dengan handphone - iya, saya).
Di sisi bagian anak yang lain, terdapat playground buat anak-anak batita yang kelakuannya masih "mengkhawatirkan" dengan buku. Playground-nya pun nyaman banget dengan karpet puzzle, ruangan sejuk dan terang, di mana tersedia beberapa mainan edukatif, ayunan, dan perosotan. Betapa cocoknya tempat ini buat mengasuh anak secara murah-meriah-manfaat.
Oh iya, di sebelah luar ruang baca anak-anak, ada nursing room yang cukup besar dan memadai untuk busui-busui yang hendak menyusui, lengkap dengan fasilitas bed ganti popok, wastafel, dsb.
Di sisi bagian anak yang lain, terdapat playground buat anak-anak batita yang kelakuannya masih "mengkhawatirkan" dengan buku. Playground-nya pun nyaman banget dengan karpet puzzle, ruangan sejuk dan terang, di mana tersedia beberapa mainan edukatif, ayunan, dan perosotan. Betapa cocoknya tempat ini buat mengasuh anak secara murah-meriah-manfaat.
Oh iya, di sebelah luar ruang baca anak-anak, ada nursing room yang cukup besar dan memadai untuk busui-busui yang hendak menyusui, lengkap dengan fasilitas bed ganti popok, wastafel, dsb.
Cara Daftar jadi Anggota Perpustakaan Kota Malang
Cara daftar jadi anggota Perpustakaan Kota Malang cukup dengan memberikan fotokopi KTP (boleh kota atau kabupaten Malang). Prosedur registrasinya dilakukan secara online, kemudian langsung dapat nomor anggota, difoto, dan kurang lebih 30 menit kartu anggotanya sudah jadi.Untuk lama peminjaman buku di Perpustakaan Kota Malang ini, rata-rata sekitar 7 hari. All free.
Hal lain yang menyenangkan dari perpustakaan ini adalah tiap harinya buka sampai malam dan weekend juga tetap buka. Ini terobosan bagus buat para pekerja yang butuh refreshing sepulang ngantor atau buat anak-anak sekolah yang sorenya mau tambah wawasan, juga buat working moms yang pingin bawa anak ke sini saat akhir pekan.
Hal lain yang menyenangkan dari perpustakaan ini adalah tiap harinya buka sampai malam dan weekend juga tetap buka. Ini terobosan bagus buat para pekerja yang butuh refreshing sepulang ngantor atau buat anak-anak sekolah yang sorenya mau tambah wawasan, juga buat working moms yang pingin bawa anak ke sini saat akhir pekan.
Sering main ke sini? Yes! Anak-anak senang, dompet aman.
Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Malang
Jl Besar Ijen 30A, Malang
Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Malang
Jl Besar Ijen 30A, Malang
Jam Layanan Perpustakaan normal
Senin s/d Jum'at : 08.00 - 20.00 WIB Sabtu : 09.00 - 20.00 WIB Minggu : 09.00 - 20.00 WIB Hari Libur Nasional : TUTUP |
Haha, seru banget mbak pengalamannya dah jalan2 ke berbagai perpus! Mulai dari masih kecil sampai jadi ibu :)