Love for Local Made
It's like we're on the hype of local cosmetic brands today!
Dua tahun belakangan ini, merek kosmetik lokal akhirnya sukses jadi tuan rumah di negeri sendiri. Bagaimana tidak, gempuran merek-merek baru, yang namanya nggak pernah kita dengar sebelumnya, tiba-tiba muncul dan banyak penggemarnya. Bukan merek mainstream, bukan merek yang biasa kita lihat di konter-konter kosmetik di mal, tapi merek baru yang mengusung nama unik, packaging yang cute, dan surprisingly, kualitas produk yang hampir atau sama bagusnya dengan merek luar negeri.
Merek-merek baru ini kemudian jadi viral dengan support penuh secara online lewat social media. Instagram dan blog jadi sarana yang masif dan efektif untuk promosi newcomers ini. Para beauty blogger, vlogger, dan para beauty enthusiast adalah pahlawan yang punya andil besar lewat sharing knowledge maupun product review di akun-akun pribadi mereka yang followernya berakhiran K - K itu (berapa ribu? ratusaan).
Betapa kita konsumen jaman sekarang sangat dimanjakan dengan timbunan infomasi mengenai fenomena ini, nggak seperti jaman dulu dimana kita cuma tahu merek yang ada iklannya di tv atau yang diwariskan turun temurun dari ibu, bibi atau kakak perempuan kita.
Tahu krim Hazeline, Seger Snow, Kelly dan bedak Marcks?? Lawas yaa..tapi merek-merek ini sanggup bertahan puluhan tahun di pasar kosmetik Indonesia. Produsen kosmetik baru bisa belajar dari merek-merek ini bahwa ketika punya pelanggan yang setia dari generasi ke generasi, mereka akan laris dan langgeng di pasaran.
Sejujurnya, perhatian saya terhadap produk kosmetik juga baru belakangan ini, sejak merasa membutuhkan baru nyari dan ternyata eh, oke juga nih, eh boleh juga nih...terlebih ketika menemukan merek-merek diluar mainstream, apalagi produknya juga bagus dan emang bermanfaat buat sehari-hari (saya penganut utility value beyond all hehe).
Kalo boleh dirata-rata, berapa sih persentase produk lokal dari total kosmetik yang ada di pouch, pasti ga banyak kan? biasanya nih, yang pake merek lokal cuma make up sekunder kaya kuas, pensil alis (siapa yang gak tau Viva eyebrow yang legendaris?), toner dan cleanser, sementara yang utama dan sering dipakai biasanya impor punya, bedak, lipstik, eyeshadow, mascara, atau skincare luar negeri yang harganya jutaan itu. Sounds familiar? iya, saya juga gitu kok dulu.
Sejak kemunculan secara masif merek-merek baru akhir-akhir ini, ada yang ngeh tidak, kalo merek lokal yang sudah mainstream pun ikut bangkit dengan inovasi terbaru mereka. Katakan Sari Ayu dengan duo lip color, La tulip dengan lipcream matte, dan Purbasari, yang selama ini hanya kita kenal sebagai merek lulur saja, mengeluarkan lipstik matte yang fenomenal susah dicari pada masa awal kemunculannya. Lihatlah dampak positif kebangkitan merek indie, merek minstreampun kecipratan gairahnya untuk sama-sama memajukan produk dalam negeri. Isn't that good news?
Siapapun yang mampu berinovasi tentu akan bisa menghasilkan produk yang baik, maka mumpung produk lokal sedang mendapatkan momennya, yuk kita dukung penuh keberadaannya agar terus berkembang dan menjadi bintang di negerinya sendiri. Kalo merek asli Indonesia bisa melanglangbuana go international, bakal keren banget kan!
Caranya? alihkan sejumlah kosmetik kamu, kita beli dan pakai produk Indonesia. Kalo masih underestimate, coba satu dua produk dulu, rasakan manfaat dan kenyamanannya.
Masih ragu? kualitasnya? bahan bakunya? variasi warna terbatas? packaging yang gak kece?
Don't be!
Tengok produk lokal kita, udah banyaaakk beautyblogger meracuni kita dengan wabah lipen lokal yang range warnanya dari pucat sampe bold, cocok buat kulit seputih kapas, kuning bak kunyit sampai kulit kebanyakan orang indonesia, sawo matang. Spektrum warna yang bikin kita ngeh sama gradasi, soft and warm tone, ternyata warna itu gak cuma terbatas pada CMYK aja ya, hehe.
Komposisi bahan make up dan skincare kita juga udah bagus, lagi musim pake bahan-bahan alami dan rentetan pengawet paraben mulai ditinggalkan. Jadi kalo masih aja ada yang mengeluh, "gue gak cocok sama produk lokal soalnya bikin gatel-gatel", boleh dicoba lagi sekarang..regulasi di bidang kosmetik dan kesehatan juga semakin ketat dan informasi udah sedemikian meluas sehingga kita bisa cek dan ricek produk yang kita pakai terdaftar di BPOM atau tidak, pabriknya di mana, bahan-bahannya aman atau tidak.
Masih relevan nggak "istilah ada harga ada rupa" dalam dunia kosmetik? kayanya enggak yaaa...untuk jenis yang sama, produk lokal jelas jauh lebih murah (bisa setengahnya) dari produk impor. Kenapa? karena mereka gak perlu bayar pajak untuk masuk ke pasar Indonesia. Jadi, katakan kita beli pelembab seharga 40.000, maka value produknya juga sesuai dengan harganya. You get what you pay for...ga akan berasa kemahalan karena ketambahan biaya ini itu.
Ada value plus lagi deh buat kosmetik lokal, yaitu soal kehalalan produk. Buat yang menomorsatukan adanya jaminan halal untuk kosmetik yang kita pakai, maka nggak jadi isu lagi untuk produk-produk lokal, worry-free. Halal guarantee.
Sebut merek deh, produk lokal berkualitas. Face 2 Face salah satunya. Merek (yang ternyata) udah ada dari tahun 2010, diproduksi oleh PT Cedefindo di Bekasi. Saya pake suncscreen gel UV protection nya, yang mana selama pencarian tabir surya selama ini, merek ini yang paling ringan dan nggak kerasa lengket di kulit. Jadi nggak berasa pake lem deh..
Mau punya juga produk Face2Face ?
Bisa cek Instagramnya @face2face.cosmetics
Atau web www.f2f.co.id
Bisa juga ke Facebooknya f2f.cosmetics
If you want to know more about local products, sering-seringlah berselancar di dunia maya dan thawaf di toko-toko kosmetik di kota anda. Merek lokal lebih mudah dicari dimana-mana, kalaupun merek indie hanya dijual secara online, kita akan nemu barang tersebut di berbagai onlineshops, nggak pake mahal, gak pake nunggu shipping lama.
Selamat hunting!