Keluarga Berencana
Sebagai orang yang well-prepare (meskipun implementasinya suka berantakan), saya suka merencanakan. Gak bakat sih, karena ya itu tadi - ketidakkonsistenan antara plan dan action - tapi saya lebih suka menjalani sesuatu dengan sistematis, step by step dan belajar dari sebuah proses, ini apa sih *desperado bikin opening* intinya, perencanaan itu penting, termasuk punya anak.
Idealnya, kami pingin punya anak seenggaknya dua atau tiga, dan mengusahakan jarak waktu dari anak pertama dan anak selanjutnya at least 5th. Banyak yang bilang 5th terlalu jauh, yaa mungkin saya gak se-saklek itu juga, 3-4th lagi kalo memang siap ya jadilah. Perencanaan ini semuanya for the sake of quality time sama masing-masing anak juga kok. Rencananya lepas golden period anak yang satu, baru nambah satu lagi. Targetnya, sebelum umur 35 saya udah menyelesaikan 'project' bikin anak-anak :)
Metoda perencanaan yang dimaksud, sesuai kesepakatan bersama antara suami-istri, tentu dengan ber-KB. Program orde baru ini lumayan juga buat menekan populasi penduduk dan meningkatkan kualitas setiap generasi baru di dunia, balik lagi ya itu tadi, pepatah dulu berkata 'banyak anak, banyak rezeki', akibatnya orang terus aja bikin anak gak mikirin kualitas hidup si anak nanti bagaimana, pendidikan, gizi, pengasuhan, dsb. Betul, setiap anak sudah terlahir dengan rezekinya masing-masing, anak itu sendiripun merupakan rezeki, tapi bukannya dalam prinsip financial planning juga, diajarkan untuk manajemen rezeki yang didapat? *desperado lagi bikin paragraf ketiga*
Dalam Islam sendiri, ber-KB tidak dilarang. Baca-baca disini, : Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencana (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
KB disini mempunyai arti sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang. Bahkan aborsi pun jika dilakukan atas alasan medis yang kuat dibolehkan bahkan diharuskan.
Jadi, saya sendiri nggak ekstrim anti KB kalo memang tujuannya merencanakan. Langsung ber-KB setelah nikah dengan niat menunda punya anak? hmm, walau gak direkomendasikan, saya gak akan nge-judge itu salah. Sayapun pernah lewat proses itu. Kalo belum siap dan keadaan tidak memungkinkan, sah aja dilakukan asal ada batasan waktu mau sampe kapan ngerasa gak siap karena kalo udah nikah kan mau gak mau harus siap dengan segala konsekuensi yang mengikutinya.
Beberapa teman yang pasca melahirkan belum ber-KB juga banyak, rata-rata karena belum mutusin mau KB apa, gak niat ber-KB atau masih pede dengan aktivitas menyusui. Ada juga karena pasangannya ngerasa gak perlu, kalo cuma salah satu KB ini gak akan jalan karena kalo mau fungsinya efektif harus didukung sama-sama. Pilihan ada di tangan masing-masing pasangan menikah. Kalo saya? gak beraniiii...hihihihi. Saya belum siap kalo Arraf masih batita dan menyusu terus punya adik lagi, selain kasihan saya juga masih pengen ngasih totalitas yang saya punya buat dia.
Tapi, buat temen-temen yang ternyata 'kebobolan' atau keburu hamil saat anaknya masih batita, ya gak masalah juga. Allah pasti udah punya skenarionya kenapa kita dibikin seperti itu. Manusia cuma merencanakan, kuasanya semua milik Sang Pencipta.
Well, kalo mau make sure perlu enggaknya berkontrasepsi, coba baca-baca disini deh, well, emang sih disitu wacananya agak liberal (...if you're having sex and don't want to get pregnant you need to choose the right contraception for you), tapi ambil pengetahuannya aja lah buat kita yang udah nikah.
Idealnya, kami pingin punya anak seenggaknya dua atau tiga, dan mengusahakan jarak waktu dari anak pertama dan anak selanjutnya at least 5th. Banyak yang bilang 5th terlalu jauh, yaa mungkin saya gak se-saklek itu juga, 3-4th lagi kalo memang siap ya jadilah. Perencanaan ini semuanya for the sake of quality time sama masing-masing anak juga kok. Rencananya lepas golden period anak yang satu, baru nambah satu lagi. Targetnya, sebelum umur 35 saya udah menyelesaikan 'project' bikin anak-anak :)
Metoda perencanaan yang dimaksud, sesuai kesepakatan bersama antara suami-istri, tentu dengan ber-KB. Program orde baru ini lumayan juga buat menekan populasi penduduk dan meningkatkan kualitas setiap generasi baru di dunia, balik lagi ya itu tadi, pepatah dulu berkata 'banyak anak, banyak rezeki', akibatnya orang terus aja bikin anak gak mikirin kualitas hidup si anak nanti bagaimana, pendidikan, gizi, pengasuhan, dsb. Betul, setiap anak sudah terlahir dengan rezekinya masing-masing, anak itu sendiripun merupakan rezeki, tapi bukannya dalam prinsip financial planning juga, diajarkan untuk manajemen rezeki yang didapat? *desperado lagi bikin paragraf ketiga*
Dalam Islam sendiri, ber-KB tidak dilarang. Baca-baca disini, : Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencana (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
KB disini mempunyai arti sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang. Bahkan aborsi pun jika dilakukan atas alasan medis yang kuat dibolehkan bahkan diharuskan.
Jadi, saya sendiri nggak ekstrim anti KB kalo memang tujuannya merencanakan. Langsung ber-KB setelah nikah dengan niat menunda punya anak? hmm, walau gak direkomendasikan, saya gak akan nge-judge itu salah. Sayapun pernah lewat proses itu. Kalo belum siap dan keadaan tidak memungkinkan, sah aja dilakukan asal ada batasan waktu mau sampe kapan ngerasa gak siap karena kalo udah nikah kan mau gak mau harus siap dengan segala konsekuensi yang mengikutinya.
Beberapa teman yang pasca melahirkan belum ber-KB juga banyak, rata-rata karena belum mutusin mau KB apa, gak niat ber-KB atau masih pede dengan aktivitas menyusui. Ada juga karena pasangannya ngerasa gak perlu, kalo cuma salah satu KB ini gak akan jalan karena kalo mau fungsinya efektif harus didukung sama-sama. Pilihan ada di tangan masing-masing pasangan menikah. Kalo saya? gak beraniiii...hihihihi. Saya belum siap kalo Arraf masih batita dan menyusu terus punya adik lagi, selain kasihan saya juga masih pengen ngasih totalitas yang saya punya buat dia.
Tapi, buat temen-temen yang ternyata 'kebobolan' atau keburu hamil saat anaknya masih batita, ya gak masalah juga. Allah pasti udah punya skenarionya kenapa kita dibikin seperti itu. Manusia cuma merencanakan, kuasanya semua milik Sang Pencipta.
Well, kalo mau make sure perlu enggaknya berkontrasepsi, coba baca-baca disini deh, well, emang sih disitu wacananya agak liberal (...if you're having sex and don't want to get pregnant you need to choose the right contraception for you), tapi ambil pengetahuannya aja lah buat kita yang udah nikah.
suka deh sama postingannya ... bener ya, emang mesti direncanakan biar semuanya mantep. cukup asa aja deh yg lahir tanpa direncanakan :)
btw, susah bgt deh mw komen di blog ini, kena blokir terus, settingan atau apanya ya ..
waa masa sii mama Asa..hmm..knp yaa :(
iya Ta, perencanaan tu penting biar kita bisa total ke masing-masing anak, hamil dan melahirkannya sih gak sulit, yang PR mendidiknya itu hihihi